TANGERANG SELATAN -- Sejak tak lagi mempelajari agama lamanya, Muhammad Orlando mulai mendapat ejekan dari teman-temannya. "Bukankah agama Islam itu adalah agama yang sangat buruk? Umatnya tidak diperbolehkan memakan makanan yang enak-enak seperti babgi dan anjing. Mereka harus disunat, dan cara beribadahnya juga kotor haru mencium tanah atau semen," kenang Orlando, seperti dilansir Annaba-Center.com, Selasa (9/10).
Orlando yang masih beliau bingung dengan ejekan temannya itu. Ceritalah ia dengan ustaz yang mengajarinya agama Islam, Ustaz Ali Akbar. Ustaz Ali lalu menjawab setiap pertanyaan Orlando dengan lugas dan tegas.
"Islam melarang setiap Muslim konsumsi babi karena hewan itu mahluk yang kotor dan jorok. Apabila tidak ada makanan yang bisa dimakannya, babi tidak jarang memakan kotorannya sendiri dan tidak jarang pula memakan tanah. Selain daging babi juga mengandung cacing pita di dalamnya yang dapat membuat manusia mengidap penyakit," kata Orlando menirukan penjelasan Ustaz Ali.
Ihwal shalat, Ustaz Ali menjelaskan, sesunggungnya manusia berasal dari tanah dan nantinya akan kembali ke tanah. Sujud juga mengandung makna bahwa sebagai ciptaan-Nya kita harus menyembah kepada-Nya, tidak menduakan-Nya dan meyakini kebesaran-Nya. "Sehebat apa pun kita, kita harus tunduk kepada Allah," kata Orlando.
Semangat Orlando untuk mempelajari Islam pun tumbuh kembali. Dalam waktu singkat, ia mampu khatamkan Iqra. Ia semakin mantap untuk mulai membaca Alquran. Seiring perjalanan waktu, Orlando kian kagum dengan ajaran Islam. Semisal, ketika shalat berjamaah di masjid, setiap Muslim sudah dalam kondisi suci dan berpakaian bersih. Kesucian itu dilengkapi dengan adab wudhu. "Islam mengajarkan kesucian, terutama ketika hendak berhadapan dengan Allah. Mulai dari cara berpakaian, berwudhu, dan tata cara beribadah, Islam mengajarkan kebaikan dan kesucian dalam berbagai hal," ucapnya.
Setelah menyelesaikan studi di sekolah dasar, Orlando melanjutkan sekolah di SMP Negeri VI, Naibonat, Kupang TImur. Mulai menginjak SMP, ia mulai rajin beribadah, tidak pernah meninggalkan salat dan puasa ramadhan. "Ini kulakukan karena aku sangat takut mendapat azab dari Allah SWT. Perlahan-demi perlahan, aku mulai mengaji dengan baik. Selain aku belajar dengan guru yang mengajariku belajar membaca Alquran, aku juga mendapatkan pelajaran agama Islam di sekolah," ucap dia.
Sepulang sekolah, Orlando selalu mengikuti ceramah yang diadakan setiap pekan, berikut dengan belajar bagaimana tata cara membaca Alquran dengan baik. Belum begitu lama aku melanjutkan studi di SMP tersebut, ada sebuah kabar yang di pengungsian yang mengatakan bahwa siapa saja yang ingin belajar mejadi santri di salah satu pondok pesantren di Jawa Timur, maka akan mendapatkan fasilitas pemondokan dan fasilitas lain secara gratis, terkecuali ongkos transportasi dengan menggunakan kapal laut.
"Aku yang baru mendengarkan berita tersebut sangat tertarik. Aku langsung berpamitan dengan ustaz Zainuddi yang sekaligus orang tua angkatku. Biarpun beliau sangat galak, tetapi beliau juga sangat baik. Buktinya beliau merawat kami selama dalam pengungsian," kenangnya.
Tepat tanggal 14 Juli 2001, Orlando bersama teman-teman yang lain berangkat menuju Pondok Pesantren Al-Ikhlas yang ada di Magetan, Jawa Timur. Ia sempat kecewa pada hari pertama ketika menginjakkan kaki di pesantren tersebut. Dahulu dalam bayangannya, pesantren itu sangat baik, enak, rapih dan penuh dengan nuansa religi. Namun, ini semua berbeda seperti apa yang ada dalam benakku.
Pesantren ini adalah pesantren tertua di Jawa Timur, maka sudah dapat dipastikan bahwa bangunan pesantren tersebut juga pasti bangunan tua. Fasilitasnya juga ala kadarnya, yang membuatku semangat di pesantren tersebut hanyalah nuansa religi yang ada di dalamnya. "Meski pun kami semua dalam keterbatasan, namun karena kami dekat dan berusaha mendekatkan diri kepada Allah, maka kami harus tetap bersyukur atas apa yang telah diberikan-Nya," kenang dia.
Di pesantren, Orlando semakin giat belajar agama Islam. Ditambah ia juga bersekolah di MTS Al-Ikhlas. Dalam waktu yang singkat, Orlando berhasil menghafal dua puluh surat juz ‘amma. "Ilmu pengetahuanku semakin bertambah. Selain aku belajar mengenai Islam, aku juga mengajarkan tentang Islam, sehingga aku termasuk beruntung, karena sebaik-baik belajar adalah mengajar. Ini membuatku semakin menguasai ilmu yang selama ini kuajarkan kepada rekan-rekan," ucapnya.
Setelah selesai menempuh studi, Orlando kembali ke NTT. Di NTT inilah aku mulai mengenal ustadz Syamsul Arifin Nababan yang juga dikenal dengan ustadz Nababan. Aku kenal beliau melalui debat yang ada di kaset debat yang sengaja direkam pada saat itu. Judulnya Mualaf Versus Murtadin. Singkat cerita, di tahun 2008, ustadz Nababan mendirikan sebuah pondok pesantren yang khusus membina para santri-santri mu'alaf.
"Aku pun di ajak beliau untuk ikut tinggal di sana. Kini aku sudah menjadi santri di Pesantren Pembinaan Mu'allaf Yayasan AN-Naba' Center bersama para santri lainnya mendalami Islam dan kitab sucinya," kata dia.
"Sebelum aku mengakhiri cerita ini, ada yang ingin kusampaikan kepada para pembaca bahwa beberapa waktu lalu aku telah kembali ke daerah asalku yaitu Timor Leste. Daerah yang sudah kutinggalkan selama lebih dari tiga belas tehun itu, ternyata mengalami perkembangan yang cukup baik dari sisi perkembangan Islam," ucapnya.
Di sana , kata dia, mulai banyak umat-umat lokal yang masuk Islam dan mempelajari Islam. Ini terjadi lewat proses akulturasi dan pernikahan yang dilakukan oleh umat Muslim dengan penduduk setempat. "Semoga Islam bisa semakin Berjaya, khususnya di daerah tempat tinggalku sehingga kita semua dapat merasakan keindahan Islam," tutupnya.
REPUBLIKA.CO.ID, Sumber: Pesantren Mualaf Annaba Center
Post a Comment