Halloween party ideas 2015

 Linda Al-Saigel dibesarkan dalam sebuah keluarga yang taat beragama. Secara rutin, ia dan keluarganya menghadiri gereja.

Memasuki jenjang kuliah, Linda menjadi bagian dari pelayan gereja di Kampus. "Saya merasa benar-benar membuat perbedaan dalam kehidupan remaja," kata dia seperti dilansir Onislam, Rabu (4/2).

Namun, rasa haus Linda akan spiritualitas membuatnya membutuhkan lebih banyak jawaban. Linda membutuhkan agama sebagai cara hidup. Suatu hari, Linda kedatangan tamu di gereja.

Tamu itu seorang pastor asal Tujuana, Meksiko. Ceramah si pastor sangat menginspirasi Linda. Kemudian, Linda terlibat dialog dengan pastor itu.

"Anda berada dalam pengelihatan saya selama 2 pekan. Anda berada di tanah pegunungan berpasir. Anda memiliki penutup kepala. Anda seorang guru atau sesuatu saya tidak yakin," kata pastor itu kepada Linda.

Mendengar cerita pastor itu, Linda terdiam. Ia memutuskan untuk mempelajari agama lain.  Beberapa hari kemudian, Linda diminta menjadi saksi pernikahaan temannya.  Di sanalah, Linda belajar tentang pernikahan Muslim.

"Saya merasa seperti di rumah," kenang Linda.

Setelah pernikahan itu, Linda diundang oleh salah seorang tamu temannya itu. Entah mengapa, Linda merasa nyaman. Di sana, ia berdiskusi tentang Islam dan Muslim. "Ketika jelang tidur, saya mimpikan Nabi Isa AS. Saya diminta untuk mengambil keputusan, putusan yang membuat saya takut," ucap dia.

Sementara itu, Linda mulai menghadiri kelas-kelas tentang Islam. Ia mulai melakukan perbandingan. "Saya melihatnya, ada cerita yang sama yakni pesan tentang Allah," kata dia.

Kemudian, Linda kembali bermimpi. "Saya melihat Nabi Musa. Di kamar saya ada gambar itu, dan saya melihat Nabi Musa tersenyum dan mengatakan 'Ikuti kata hatimu'," kata dia.

Linda terkejut dengan mimpi itu. "Dari setiap  yang saya tanyakan soal mimpi ini, mereka bertanya darimana Anda tahu itu Nabi Isa dan Nabi Musa. Tapi saya katakan kepada mereka, hati saya yang mengatakan itu Nabi Isa dan Nabi Musa," kenang dia.

Usai mimpi itu, Linda pun bermimpi kembali. "Ada yang membisikan saya, Anda harus memilih jalan ini," kenang Linda.

Linda masih penasaran dengan apa maksud mimpi itu. Namun, keinginannya untuk mempelajari Islam jauh lebih besar. Yang menggembirakan ibunya mendukungnya untuk menghadiri kelas Islam. "Ibu selalu disisiku, ia ingin memastikan putrinya membuat keputusan yang jelas," kata dia.

Suatu hari, Linda kembali bermimpi. Kali ini hadir seorang Nabi berkerudung dengan jubah cokelat berjalan ke arahnya. Linda tidak dapat melihat sosok itu.  "Sekali lagi, saya tahu itu Nabi Muhammad (saw). Dia berjalan ke arahku dan mengajakku berjalan menuju cahaya," kata dia.

"Saya kemudian ingat, setiap saya bingung saya meminta Allah untuk menjadi panduan saya. Saya hanya hamba-Nya. Saya hidup di dunia untuk mempelajari pentingnya kehadiran-Nya," kata dia.


Sumer :   REPUBLIKA.CO.ID,





 TANGERANG SELATAN -- Sejak tak lagi mempelajari agama lamanya, Muhammad Orlando mulai mendapat ejekan dari teman-temannya. "Bukankah agama Islam itu adalah agama yang sangat buruk? Umatnya tidak diperbolehkan memakan makanan yang enak-enak seperti babgi dan anjing. Mereka harus disunat, dan cara beribadahnya juga kotor haru mencium tanah atau semen," kenang Orlando, seperti dilansir Annaba-Center.com, Selasa (9/10).

Orlando yang masih beliau bingung dengan ejekan temannya itu. Ceritalah ia dengan ustaz yang mengajarinya agama Islam, Ustaz Ali Akbar. Ustaz Ali lalu menjawab setiap pertanyaan Orlando dengan lugas dan tegas.

"Islam melarang setiap Muslim konsumsi babi karena hewan itu mahluk yang kotor dan jorok. Apabila tidak ada makanan yang bisa dimakannya, babi tidak jarang memakan kotorannya sendiri dan tidak jarang pula memakan tanah. Selain daging babi juga mengandung cacing pita di dalamnya yang dapat membuat manusia mengidap penyakit," kata Orlando menirukan penjelasan Ustaz Ali.

Ihwal shalat, Ustaz Ali menjelaskan, sesunggungnya manusia berasal dari tanah dan nantinya akan kembali ke tanah. Sujud juga mengandung makna bahwa sebagai ciptaan-Nya kita harus menyembah kepada-Nya, tidak menduakan-Nya dan meyakini kebesaran-Nya. "Sehebat apa pun kita, kita harus tunduk kepada Allah," kata Orlando.

Semangat Orlando untuk mempelajari Islam pun tumbuh kembali.  Dalam waktu singkat, ia mampu khatamkan Iqra. Ia semakin mantap untuk mulai membaca Alquran. Seiring perjalanan waktu, Orlando kian kagum dengan ajaran Islam. Semisal, ketika shalat berjamaah di masjid, setiap Muslim sudah dalam kondisi suci dan berpakaian bersih. Kesucian itu dilengkapi dengan adab wudhu. "Islam mengajarkan kesucian, terutama ketika hendak berhadapan dengan Allah. Mulai dari cara berpakaian, berwudhu, dan tata cara beribadah, Islam mengajarkan kebaikan dan kesucian dalam berbagai hal," ucapnya.

Setelah menyelesaikan studi di sekolah dasar, Orlando melanjutkan sekolah di SMP Negeri VI, Naibonat, Kupang TImur. Mulai menginjak SMP, ia mulai rajin beribadah, tidak pernah meninggalkan salat dan puasa ramadhan. "Ini kulakukan karena aku sangat takut mendapat azab dari Allah SWT. Perlahan-demi perlahan, aku mulai mengaji dengan baik. Selain aku belajar dengan guru yang mengajariku belajar membaca Alquran, aku juga mendapatkan pelajaran agama Islam di sekolah," ucap dia.

Sepulang sekolah, Orlando selalu mengikuti ceramah yang diadakan setiap pekan, berikut dengan belajar bagaimana tata cara membaca Alquran dengan baik.  Belum begitu lama aku melanjutkan studi di SMP tersebut, ada sebuah kabar yang di pengungsian yang mengatakan bahwa siapa saja yang ingin belajar mejadi santri di salah satu pondok pesantren di Jawa Timur, maka akan mendapatkan fasilitas pemondokan dan fasilitas lain secara gratis, terkecuali ongkos transportasi dengan menggunakan kapal laut.

"Aku yang baru mendengarkan berita tersebut sangat tertarik. Aku langsung berpamitan dengan ustaz Zainuddi yang sekaligus orang tua angkatku. Biarpun beliau sangat galak, tetapi beliau juga sangat baik. Buktinya beliau merawat kami selama dalam pengungsian," kenangnya.

Tepat tanggal 14 Juli 2001, Orlando bersama teman-teman yang lain berangkat menuju Pondok Pesantren Al-Ikhlas yang ada di Magetan, Jawa Timur.  Ia sempat kecewa pada hari pertama ketika menginjakkan kaki di pesantren tersebut. Dahulu dalam bayangannya, pesantren itu sangat baik, enak, rapih dan penuh dengan nuansa religi. Namun, ini semua berbeda seperti apa yang ada dalam benakku.

Pesantren ini adalah pesantren tertua di Jawa Timur, maka sudah dapat dipastikan bahwa bangunan pesantren tersebut juga pasti bangunan tua. Fasilitasnya juga ala kadarnya, yang membuatku semangat di pesantren tersebut hanyalah nuansa religi yang ada di dalamnya. "Meski pun kami semua dalam keterbatasan, namun karena kami dekat dan berusaha mendekatkan diri kepada Allah, maka kami harus tetap bersyukur atas apa yang telah diberikan-Nya," kenang dia.

Di pesantren, Orlando semakin giat belajar agama Islam. Ditambah ia juga bersekolah di MTS Al-Ikhlas. Dalam waktu yang singkat, Orlando berhasil menghafal dua puluh surat juz ‘amma. "Ilmu pengetahuanku semakin bertambah. Selain aku belajar mengenai Islam, aku juga mengajarkan tentang Islam, sehingga aku termasuk beruntung, karena sebaik-baik belajar adalah mengajar. Ini membuatku semakin menguasai ilmu yang selama ini kuajarkan kepada rekan-rekan," ucapnya.

Setelah selesai menempuh studi, Orlando kembali ke NTT. Di NTT inilah aku mulai mengenal ustadz Syamsul Arifin Nababan yang juga dikenal dengan ustadz Nababan. Aku kenal beliau melalui debat yang ada di kaset debat yang sengaja direkam pada saat itu. Judulnya Mualaf Versus Murtadin.  Singkat cerita, di tahun 2008, ustadz Nababan mendirikan sebuah pondok pesantren yang khusus membina para santri-santri mu'alaf.

"Aku pun di ajak beliau untuk ikut tinggal di sana. Kini aku sudah menjadi santri di Pesantren Pembinaan Mu'allaf Yayasan AN-Naba' Center bersama para santri lainnya mendalami Islam dan kitab sucinya," kata dia.

"Sebelum aku mengakhiri cerita ini, ada yang ingin kusampaikan kepada para pembaca bahwa beberapa waktu lalu aku telah kembali ke daerah asalku yaitu Timor Leste. Daerah yang sudah kutinggalkan selama lebih dari tiga belas tehun itu, ternyata mengalami perkembangan yang cukup baik dari sisi perkembangan Islam," ucapnya.

Di sana , kata dia, mulai banyak umat-umat lokal yang masuk Islam dan mempelajari Islam. Ini terjadi lewat proses akulturasi dan pernikahan yang dilakukan oleh umat Muslim dengan penduduk setempat. "Semoga Islam bisa semakin Berjaya, khususnya di daerah tempat tinggalku sehingga kita semua dapat merasakan keindahan Islam," tutupnya.




REPUBLIKA.CO.ID, Sumber: Pesantren Mualaf Annaba Center


TANGERANG SELATAN -- Abdul Aziz Laia, sosok pria sederhana yang berusia 32 tahun telah memeluk agama Islam sejak tahun 2012 silam. Bang Aziz, sebutan akrab yang disematkan kepada beliau oleh para santri pesantren Pembinaan Mu'allaf Yayasan-An Naba' Center, kini sedang menekuni studinya di dua universitas yang berbeda, yakni Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) dan Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Hikmah (STAI Al-Hikmah) adalah dua lembaga pendidikan yang dipilih untuk meningkatkan pengetahuan  keislaman pada dirinya.

Aziz, dalam sebuah kesempatan menceritakan bagaimana awal mula ketertarikannya dengan agama Islam. Berawal dari bangku sekolah menengah pertama, Aziz dididik oleh seorang guru perempuan yang menurutnya sangat baik. Guru tersebut mengenakan kerudung dengan pakaian yang  menutup aurat hingga kakinya.

Bagi Aziz, ini adalah sesuatu yang berbeda dengan penampilan guru lain yang menganut agama sama dengannya. Tutur katanya yang lembut, sopan dan santun, baik kepada siswa dan orang lain, sehingga memberikan rasa kekaguman tersendiri bagi Aziz. "Saya belum pernah menemukan orang seperti itu sebelumnya saat saya menempuh studi di sekolah dasar", tuturnya seperti dilansir Annaba-Center, Rabu (11/2).

Lianus Laia, nama sebelum ia mengucapkan syahadat, mengaku ada rasa ingin tahu yang mendalam tentang Islam ketika ia mulai masuk ke sekolah tingkat atas. Aziz yang dibesarkan di lingkungan Kristen tersebut semakin tertarik kepada Islam ketika ia mendengarkan tilawah Alquran yang diputar melalui pemutar kaset yang ada di masjid sekitar tempat tinggalnya.

"Karena Islam di daerah tempat tinggal saya sangat minoritas, saya jarang mendengarkan lantunan ayat-ayat Alquran. Namun, setelah saya hijrah ke Kota Medan, saya sering mendengarkan lantunan ayat-ayat tersebut", tambahnya.

Surat Maryam merupakan surat yang sering ia dengar saat pihak pengurus masjid memutar rekaman kaset tersebut. Ini adalah keistimewaan baginya, sehingga menimbulkan pertanyaan yang mendalam, ternyata Islam juga membicarakan mengenai nabi, dan mengapa Islam membicarakannya?

Aziz mengungkap, rasa ingin tahu tersebut semakin meninggi ketika ia merasakan kegalauan yang lebih dalam saat ia mendengar rekaman tartil Alquran lengkap dengan terjemahannya dikumandangkan setiap menjelang Maghrib. Al-Anbiyaa' dan Maryam adalah dua surah yang paling sering diputar kala itu.

"Aku sangat terheran-heran kala itu. Nabi-nabi yang disebutkan dalam Alquran sama persis dengan nabi-nabi yang pernah agama lama saya  pelajari," kata Aziz.

Perlahan Aziz mulai mendengarkan khutbah Jumat yang sering dilakukan ketika umat Muslim melakukan shalat Jumat. Berangkat dari situ, rasa ingin tahu semakin kuat, seakan berbanding lurus, kegiatan yang selama ini ia lakukan di agama lamanya juga semakin jarang ia ikuti. Ditambah lagi, ketika ia melihat tata cara wudhu yang dilakukan oleh umat Muslim yang hendak melakukan salat,

"Itu seperti baptis dalam ajaran kami. Aku merasa Islam dekat dengan berbagai hal yang pernah kuketahui sebelumnya tentang agamaku", tambahnya. Meski Aziz belum mengucapkan kalimat syahadat kala itu, namun ia sudah aktif dalam kegiatan remaja masjid di masjid setempat, tak jarang pula ia mengikuti amalan-amalan umat muslim, seperti puasa dan lainnya.

Entah apa yang mendorong Aziz untuk berbuat demikian. Pria kelahiran 25 Oktober 1980 ini seperti larut dalam arah hidayah Allah SWT. Setelah menyelesaikan studi tingkat kejuruannya, ia pergi merantau ke Riau dan bekerja selama lebih dari dua tahun. Dalam perantauannya, ia semakin dekat dan giat mendalami agama Islam.

Rasa ingin tahu yang ia miliki mengantarkannya pada keinginan untuk membandingkan antara Islam dengan agama lamanya. Mulailah muncul keraguan dalam keyakinan Aziz terhadap agama lamanya. "Perayaan hari keagamaan mengapa harus dirayakan dengan mabuk-mabukan? Dan apakah itu tidak menimbulkan dosa? Lalu sedemikian mudahkan menebus dosa tersebut?" Pungkasnya.

Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah menganai Nabi Muhammad SAW. dan bagaimana posisi Nabi Isa dan Maryam dalam Islam. "Aku bertanya tentang siapa Muhammad, bagaimana posisi Isa dan Maryam dalam Islam, dan mengapa babi haram dimakan", mulai pada pertanyaan yang ia anggap sebagai pertanyaan yang memerlukan jawaban segera guna menambah keyakinan pada dirinya.

Pertanyaan ini dijawab dengan baik oleh orang yang kala itu berdiskusi dengan Aziz. Orang tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhammad juga disebutkan di dalam Injil, dan larangan memakan daging babi disebutkan dalam Alquran. Dan ia semakin takjub saat mengetahui bahwa Islam memiliki surat bernama Maryam, sementara agamanya tidak.

Kebenaran inilah yang membuat Aziz tak sanggup untuk menolaknya. Tak ingin menunda lagi, Aziz meminta diislamkan saat itu juga. Meski tak disaksikan siapapun selain Allah dan kawannya, Lianus Laia pun resmi berhijrah dengan nama Abdul Aziz Laia.


Sumber :
REPUBLIKA.CO.ID,

Powered by Blogger.