Halloween party ideas 2015

MUNGKIN selama ini kita selalu bertanya setiap kali kita melakukan ibadah sekaligus rukun Islam nomor dua yaitu shalat kita selalu menghadap kiblat, atau dalam hal ini Ka’bah. Nah mengapakah sebenarnya harus menghadap Ka’bah?

Hal ini sebenarnya merupakan sejarah yang paling tua di dunia. Bahkan jauh sebelum manusia diciptakan di bumi, Allah swt telah mengutus para malaikat turun ke bumi dan membangun rumah pertama tempat ibadah manusia. Ini sudah dituturukan dalam Al-Quran: Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia . (QS. Ali Imran : 96).

Konon di zaman Nabi Nuh as, ka’bah ini pernah tenggelam dan runtuh bangunannya hingga datang masa Nabi Ibrahim as bersama anak dan istrinya ke lembah gersang tanpa air yang ternyata disitulah pondasi Ka’bah dan bangunannya pernah berdiri. Lalu Allah swt memerintahkan keduanya untuk mendirikan kembali ka’bah di atas bekas pondasinya dahulu. Dan dijadikan Ka’bah itu sebagai tempat ibadah bapak tiga agama dunia.

Dan ketika Kami menjadikan rumah itu (ka’bah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”. (QS. ). Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, (QS. Al-Hajj : 27).

Di masa Nabi Muhammad, awalnya perintah shalat itu ke baitul Maqdis di Palestina. Namun Rasulullah saw berusaha untuk tetap shalat menghadap ke Ka’bah. Caranya adalah dengan mengambil posisi di sebelah selatan Ka’bah. Dengan mengahadap ke utara, maka selain menghadap Baitul Maqdis di Palestina, beliau juga tetap menghadap Ka’bah.

Namun ketika beliau dan para shahabat hijrah ke Madinah, maka menghadap ke dua tempat yang berlawanan arah menjadi mustahil. Dan Rasulullah saw sering menengadahkan wajahnya ke langit berharap turunnya wahyu untuk menghadapkan shalat ke Ka’bah. Hingga turunlah ayat berikut :

Sungguh Kami melihat mukamu menengadah ke langit , maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Al Kitab memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah : 144).

Jadi di dalam urusan menghadap Ka’bah, umat Islam punya latar belakang sejarah yang panjang. Ka’bah merupakan bangunan yang pertama kali didirikan di atas bumi untuk dijadikan tempat ibadah manusia pertama. Dan Allah swt telah menetapkan bahwa shalatnya seorang muslim harus menghadap ke Ka’bah sebagai bagian dari aturan baku dalam shalat.


(sa/eramuslim)


  “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun,” (QS. Al Isra’: 44).


PERNAH mendengar black hole? Bintang raksasa berbentuk lubang hitam yang mampu menyedot dan menyapu semua benda langit di sekitarnya. Black Holes atau lubang hitam bisa dibilang penemuan paling fenomenal di abad 20 di bidang astronomi. Sebelumnya, tak seorang ilmuwan yang pernah membayangkan bahwa di langit ada sejumlah bintang yang tampak mengerikan apalagi bintang itu memang tidak terlihat.
Black holes atau lubang hitam seperti definisi ilmuwan NASA adalah medan gravitasi sangat kuat.

 Akibatnya, benda-benda langit tersedot dengan intensitas tinggi tanpa terkecuali. Saking kuatnya, cahaya pun tidak bisa menghindar dari sedotan. Black hole terbentuk ketika sebuah bintang besar mulai habis usianya akibat kehabisan energi dan bahan bakar. Meski tidak terlihat, black hole memiliki magnet tingkat tinggi.

Fakta dan Angka

Mengenai bobotnya, Black Hole seberat bumi itu diameternya kurang dari satu sentimeter saja! Dan Black Hole seberat matahari itu diamenternya hanya 3 km. Subhanallah!
Black Hole ukuran sedang itu beratnya 10.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000 kilogram, atau 10 pangkat 31, dengan diameter 30 km saja. Ada banyak Black Hole di pusat galaksi kita dan galaksi-galaksi lain, dan satunya memiliki berat jutaan kali berat matahari. Diperkirakan jumlah black hole di alam raya ini jutaan bahkan ribuan juta.

Bagaimana Ilmuan Melihat Benda ini?

Bagaimana ia bisa dilihat sedangkan ia tidak mengeluarkan pancaran cahaya? Muncul pemikiran dari seorang peneliti bahwa Black Hole itu memiliki ukuran tertentu, dan ia berjalan di ruang angkasa. Ia pasti akan lewat di depan sebuah bintang sehingga cahayanya tertutup dari kita, seperti kejadian gerhana matahari. Setelah ide itu dilaksanakan dan terbukti benar, maka para ilmuwan sepakat bahwa cahaya bintang tersebut tertutup karena lewatnya Black Hole, sehingga mengakibatkan tertutupnya pancaran cahaya yang bersumber dari bintang tersebut. Hal itu terjadi selama jangka waktu tertentu, kemudian bintang tersebut kembali menunjukkan sinarnya.

Black Hole dalam Al Quran

Al Quran menyebutkan banyak fenomena alam raya dan benda-benda luar angkasa, bintang, planet, nama bintang, galaksi dan lain-lain. Sebelum mengklaim adanya fenomena black hole dalam Al-Quran, mari kita perhatikan ayat yang paling dekat untuk dikaji. Yakni di surat At-Takwir ayat 15-16.
“Aku bersumpah demi bintang tersembunyi. Yang bergerak cepat yang menyapu.”

Dalam ayat ini Allah bersumpah dengan salah satu makhluk-Nya yakni bintang yang bernama atau memiliki tiga karakter. Pertama, khunnas (الْخُنَّسِ); yang tersembunyi dan tidak terlihat. Karenanya, setan disebut juga khannaas (الخناس) karena ia tidak terlihat oleh bani Adam. Ini persis yang disebutkan ilmuawan tentang karakter black hole yakni; invisible. Kedua, aljawaar (الْجَوَارِ) bergerak cepat dan sangat cepat. Ini karakter black hole kedua moves. Lafadl Al Quran tajri lebih perfect dibanding penjelasan ilmuan sebab kata ia bermakna bergerak cepat atau lari. Sementaramoves tidak menggambarkan bergerak dengan cepat.  Ketiga, al kunnas (الْكُنَّسِ) yang menyapu dan menelan setiap yang ditemuinya. Ini karakter black hole vacuum cleaner.

Kunnas berasal dari kanasa artinya menyapu, miknasah alat untuk menyapu. Kunnas bentuk jamak dari kaanis yang menyapu. Kunnas adalah shigat muntaha jumuk (bentuk jamak paling tinggi) dari bentuk tunggal kaanis.
Para ulama tafsir klasik menjelaskan makna khunnas al jawaril kunnas adalah bintang yang cahayanya tidak muncul di siang hari dan muncul di malam hari. Namun ini hanya penafsiran bukan makna sesungguhnya. Penafsiran paling sesuai dengan realitas alam raya adalah black holes.
Barangkali hal ini juga yang diisyaratkan oleh Al-Quran,“Apabila matahari digulung,” (QS. At Takwir: 1).

 [sumber: harunyahya/hasanalbana]





Assalamu `alaikum. Nama saya Mathew. Saya dari Prancis, saya berumur 22 tahun. Saya lahir di Timur Utara Perancis, dekat dengan Belgia. Sejak usia 13, saya pindah ke Pantai Barat Selatan. Dan sekarang saya sedang belajar di universitas, tingkat 4. Saya sedang menyelesaikan master administrasi bisnis. Saat ini saya terlibat dalam studi di Victoria University of Wellington berkat kesepakatan antara universitas saya dan universitas di Selandia Baru. Saya akan belajar saya di sini, dan di masa depan, saya ingin terlibat dalam bisnis internasional.Ayah saya tidak percaya pada Tuhan, dan ibu saya adalah seorang Katolik tapi dia tidak pernah pergi ke gereja. Jadi saya tidak menerima ajaran-ajaran tentang agama di awal pertumbuhan saya.

Bagaimana Saya Tahu Tentang Islam

Ajaran pertama tentang agama Islam saya dapatkan dari teman-teman saya dari Maroko, Turki, Aljazair dan Tunisia. Untungnya, saya tinggal di tempat di mana begitu banyak imigran tinggal. Saya adalah satu-satunya orang Prancis dalam kelompok itu. Kami sering melakukan kegiatan olahraga bersama-sama.
Pada awalnya, teman-teman saya yanag Muslim hanya berbicara tentang Islam di antara mereka saja. Kemudian mulailah saya diundang ke masjid, dan saya datang. Sejak saat itu, saya mulai banyak bertanya kepada orang-orang tentang Islam.

Saya sangat tertarik karena saya tidak tahu apa-apa. Saya merasa heran ketika melihat orang-orang berpuasa dan tidak makan apapun di siang hari selama satu bulan penuh. Saya bertanya-tanya bagaimana mereka dapat melakukan hal itu. Dan yang lebih menakjubkan adalah manifestasi yang berbeda tentang Islam setelah Ramadan, seperti Idul Fitri dan segala sesuatu seperti itu. Akhirnya saya memutuskan untuk belajar tentang agama ini.

Keluarga & Teman

Saya masih sangat muda ketika saya menyatakan ingin masuk Islam. Orang tua saya terkejut namun mereka tidak menentangnya. Mereka tetap menganggap saya sebagai anak mereka hingga mereka ingin membantu saya sebisa mungkin. Dan mereka tidak ingin mengecewakan saya. Mereka menganggap saya sebagai bagian dari keluarga mereka. Jadi itu sangat melegakan saya.

Untungnya orang tua saya, jika saya dibandingkan dengan orang lain yang mencoba masuk Islam, memiliki banyak masalah dengan keluarga mereka, sehingga orang tua saya tidak terlalu sulit. Mereka membiarkan saya memilih apa yang ingin saya lakukan. Pada saat yang sama, mereka ingin saya untuk tinggal di tempat yang aman dan masjid, menurut mereka masjid adalah tempat itu, karena di masjid saya tidak lagi menghina orang di jalanan, mencuri atau berkelahi. Jadi mereka lebih suka saya tinggal di masjid daripada berada di jalanan.

Apa yang Islam Berikan

Saya berpikir bahwa Islam adalah jenis obat untuk semua orang,  Saya berpikir bahwa Islam adalah hal yang sangat baik bagi saya. Islam mengajari saya untuk menghormati orang lain, cara berpikir dan bertindak dalam kehidupan pada umumnya, karena Islam juga mendorong untuk selalu belajar dan memperoleh pengetahuan.
Sayangnya teman-teman saya tidak tertarik untuk terlibat dalam Islam, dan mereka akhirnya mulai kecanduan narkoba, atau mulai minum alkohol, hubungan seks sebelum menikah. Saya merasa beruntung saya berhasil menemukan Islam dan membantu saya dalam kehidupan sehari-hari saya.

Saya berpikir bahwa Islam adalah jenis obat untuk orang yang membutuhkan. Misalnya, orang dalam penjara yang menemukan Islam dan mereka berhasil menjadi orang-orang yang sangat baik. Contoh lain adalah orang-orang yang kecanduan obat-obatan atau alkohol, mereka tidak berhasil menemukan apa pun untuk membantu mereka, dan ketika mereka menemukan Islam mereka menjadi sangat tertolong. Islam adalah obat yang sangat baik dan Allah adalah dokter yang paling indah. Anda dapat selalu menemukan-Nya untuk merawat Anda. Jika Anda berhasil menemukan-Nya, Dia akan banyak membantu Anda.

Mengingat bahwa saya menjadi Muslim beberapa tahun yang lalu, saya tidak pernah punya masalah menjadi seorang Prancis dan seorang Muslim. Tapi itu benar bahwa di Eropa saat ini orang mulai takut kalau Islam akan menyebar cepat di Eropa, dan benar pula adanya bahwa banyak orang Eropa mencoba untuk masuk Islam.


 [sa/islampos/onislam]

 
 
Suatu ketika terjadi perselisihan dan menyebabkan saling menjauhi antara Muhammad al-Hanafiyyah dengan kakaknya, Hasan bin Ali. Kemudian Muhammad bin al-Hanafiyyah menulis surat kepada Hasan sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah memberikan keutaman kepada Anda melebihi diriku. Ibumu adalah Fathimah bin Muhammad bin Abdillah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan ibuku adalah seorang wanita dari Bani Hanifah. Kakekmu dari jalur ibu adalah Rasulullah pilihan-Nya, sedang kakekku dari jalur ibu adalah Ja’far bin Qais. Jika suratku ini sampai kepada Anda, saya berharap Anda berkenan datang kemari dan berdamai, agar Anda tetap lebih utama dariku dalam segala hal…” sesampainya surat tersebut, Hasan bergegas mendatangi rumahnya untuk menjalin perdamaian.

Siapakah gerangan pemuda yang santun, cerdas, dan bijak yang bernama Muhammad al-Hanafiyyah ini?”Marilah kita ikuti perjalanan hidupnya dari awal.

Kita awali kisah ini dari detik-detik akhir kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Suatu hari, Ali bin Abi Thalib duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, seandainya saya punya anak lagi setelah Anda tiada, bolehkah saya memberi nama anakku dengan nama Anda dan saya berikan kunyah (julukan) dengan kunyah Anda (yakni Abu al-Qasim)?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Boleh.”

Waktu bergulir, hingga akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan beberapa bulan kemudian disusul putrinya, Fatimah yang merupakan ibunda Hasan dan Husein. Setelah itu Ali bin Abi Thalib menikah lagi dengan seorang wanita dari Bani Hanifah bernama Khaulah binti Ja’far bin Qais al-Hanafiyyah.

Perkawinan ini melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Muhammad dan diberi julukan Abu al-Qasim dengan restu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamsebelumnya. Namun demikian orang-orang biasa memanggilnya dengan nama Muhammad al-Hanafiyyah untuk membedakannya dari kedua saudaranya, Hasan dan Husein. Ibu keduanya adalah Fathimah az-Zahra.Sedangkan ibu beliau wanita dari al-Hanafiyah. Kemudian nama itulah yang banyak dikenal oleh sejarah.

Muhammad al-Hanafiyyah lahir di akhir masa khalifah Abu Bakar ash-Shidiq radhiyallahu ‘anhu. Beliau tumbuh dan dibesarkan di bawah bimbingan ayahandanya, Ali bin Abi Thalib. Dari ayahnya itu dia mewarisi ketekunan ibadahnya, sifat zuhud, keberanian dan kekuatannya di samping kefasihan lidahnya.

Siang hari, beliau menjadi pahlawan di medan perang dan menjadi tokoh dalam jajaran para ulama. Di malam hari beliau adalah rahib di saat mata manusia tidur terlelap.

Ayah beliau radhiyallahu ‘anhu telah menggemblengnya di tengah kancah peperangan yang diikutinya. Dipikulkan kepadanya beban-beban berat yang tidak pernah dipikulkan kepada kedua saduaranya, Hasan dan Husein.Dengan demikian dia tak pernah malas atau lemah semangatnya.

Beliau pernah ditanya, “Mengapa Anda selalu diterjunkan di medan-medan yang berbahaya dan memikul beban melebihi kedua kakakmu, Hasan dan Husein?”Dengan tawadhu beliau, “Sebab, kedua kakakku ibarat kedua mata ayahmu, sedangkan kedudukanku adalah ibarat kedua tangannya.Maka ayah menjaga kedua matanya dengan kedua tangannya.”

Ketika terjadi perang Shiffin yang meletus antara kelompok Ali Abi Thalib dengan kelompok Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Muhammad al-Hanafiyyah memegang panji-panji ayahnya.

Tatkala perang berkobar, korban berjatuhan dari kedua pihak.Terjadilah suatu peristiwa yang kemudian diriwayatkn sendiri olehnya. Beliau menuturkan kejadiannya:

“Ketika berada di Shiffin kami bertempur melawan sahabat sendiri, Muawiyah. Kami saling bunuh, hingga kami menduga tidak akan ada lagi yang tersisa dari kami ataupun mereka. Aku menjadi sedih dan gelisah karenanya.

Tiba-tiba aku mendengar suara teriakan dari belakangku: “Wahai saudara-saudara muslimin… ingat Allah… Allah… Wahai saudara-saudara muslimin.. Allah… Allah, sisakan orang-orang kalian, wahai saudara-saudara muslimin..!

Seketika itu aku tersadar dan berjanji tidak akan mengangkat dan menghunus senjata lagi melawan seorang muslim pun sejak hari itu..”

Pada gilirannya, Ali syahid di tangan orang-orang yang zhalim dan durhaka dan khilafah pun jatuh ke tangan Mu’awiyah bin Abi Sufyan..Bahkan Mu’awiyah meminta Muhammad al-Hanafiyyah agar sering-sering mengunjunginya.Beberapa kali Muhammad berkunjung ke Damaskus untuk menjumpai Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu.

Sebagai contoh, ketika suatu hari Kaisar Romawi menulis surat kepada Mu’awiyah yang antara lain berisi:

“Raja-raja dari kalangan kami memiliki kebiasaan melakukan surat-menyurat dan saling mengirimkan hal-hal menakjubkan yang dimiliki masing-masing.Lalu kami saling berlomba dengan hal-hal yang menakjubkan yang kami miliki.Berkenankah Anda mengizinkan kami melakukan hal yang sama seperti kebiasaan yang berlaku di antara kami?”

Mu’awiyah menyetujui tawaran tersebut dan memberikan izin.Setelah itu kaisar Romawi mengirimkan dua orang lelaki yang berpenampilan menakjubkan. Yang satu luar biasa tingginya dan besar perawakannya seakan ia adalah pohon besar menjulang di tengah hutan, atau suatu bangunan yang besar. Yang satunya lagi kuatnya luar biasa dan ototnya kuat bagaikan binatang buas. Kedatangan keduanya disertai sepucuk surat berbunyi: “Adakah orang yang menyamai kebesaran dan kekuatan kedua orang ini di negeri Anda?”

Mu’awiyah bermusyawarah dengan Amru bin Ash,

Mu’awiyah: “Untuk orang yang tinggi besar itu aku sudah menemukan tandingannya, bahkan melampauinya yaitu Qais bin Sa’ad bin Ubadah. Tetapi untuk menandingi orang yang kuat itu aku meminta pertimbanganmu.

Amru bin Ash: “Ada dua orang yang cocok, hanya saja keduanya jauh dari Anda, mereka adalah Muhammmad al-Hanafiyyah dan Abdullah bin Zubair.”

Mu’awiyah: “Bukankah Muhammad al-Hanafiyyah tidak jauh dari kita?”

Amru: “Tapi apakah menurut Anda dengan kedudukannya yang mulia itu, beliau bersedia diadu dengan si romawi di depan khalayak ramai?”

Mu’awiyah: “Beliau pasti bersedia, bahkan lebih dari itu selagi beliau melihat ada kebaikan di dalamnya dan Islam semakin nampak berwibawa.”

Kemudian Mu’awiyah memanggil Qais bin Sa’id bin Sa’ad dan Muhammad al-Hanafiyyah.

Gelanggang dibuka, untuk mengetahui siapa yang lebih tinggi, Qias bin Sa’ad membuka celana luarnya dan dilemparkannya kepada orang-orang Romawi sambil menyuruh untuk memakainya.Ketika dipakai ternyata menutup sampai ke dadanya sehingga orang-orang pun tertawa geli melihatnya.

Giliran Muhammad al-Hanafiyyah, dia berkata kepada penerjemah: “Katakan kepada orang Romawi ini, dia boleh memilih, dia duduk dan aku berdiri, lalu dia harus bisa membuat aku duduk atau aku yang membuat dia berdiri. Boleh juga kalau dia memilih berdiri dan aku duduk..”Orang Romawi itu lebih memilih duduk.

Kemudian Muhammad al-Hanafiyyah memegang tangan si Romawi sampai rasanya nyaris putus dari pundaknya dan akhirnya dia terduduk di atas tanah.

Akhirnya, kedua orang dari negeri seberang itu pun pulang ke negerinya dengan membawa kekalahan dan kehinaan.

Hari demi hari berganti, hingga Mu’awiyah dan putranya, Yazid serta Marwan bin Hakam wafat. Khilafah jatuh ke tangan Abdul Malik bin Marwan dari tangan Bani Umayah. Khalifah baru ini dibai’atkan oleh muslimin penduduk Syam. Namun penduduk Hijaz dan Irak lebih memilih berbai’at kepada Abdullah bin Zubair.

Keduanya menyerukan kepada rakyat agar berbai’at kepadanya.Masing-masing mengaku dirinyalah yang lebih patut menjadi khalifah daripada lawannya.Sehingga kaum muslimin pecah lagi menjadi dua kelompok.

Ketika itu, Abdullah bin Zubair meminta kepada Muhammad al-Hanafiyyah agar melakukan bai’at beserta segenap penduduk Hijaz. Namun Muhammad mengetahui bahwa bai’at akan menjadikan dia terikat kepada yang dibai’at. Dia harus selalu membantunya, termasuk menghunus pedang terhadap siapa saja yang menentangnya. Padahal yang menentangnya adalah sesama muslimin yang memilih  untuk berbai’at kepada pihak lain.

Masih terngiang dalam ingatan Muhammad al-Hanafiyyah ketika peristiwa Shiffin.Bertahun telah dilalui, namun dia tak mampu menepis suara yang lantang dan mengharukan itu. Terngiang-ngiang seruannya: “Wahai kaum muslimin..wahai saudara-saudara muslimin… ingatlah Allah.. Allah..wahai saudara-saudara muslimin..! Untuk siapa lagi wanita dan anak-anak kita?Siapa yang akan membela agama dan kehormatan kita dari Romawi dan orang-orang Dailam?”Beliau benar-benar tak mampu melupakan hal itu. Beliau berkata kepada Abdullah bin Zubair: “Engkau tahu benar bahwa aku tidak ingin melakukan hal itu. Kedudukanku hanyalah sebagai seorang muslim. Bila seluruh muslimin telah bersepakat atas salah satu dari kalian, maka aku tidak keberatan untuk berbai’at kepada engkau maupun dia. Untuk sementara saya belum ingin berbai’at baik kepadamu maupun kepadanya.”

Namun Abdullah bin Zubair terus berusaha membujuknya. Terkadang dengan halus dan sebentar dengan kasar.Dalam waktu yang tak terlalu lama banyak orang yang bergabung dengan Muhammad al-Hanafiyyah karena sependapat dengannya.Mereka menyerahkan kepemimpinan kepada Muhammad, jumlah mereka mencapai tujuh ribu orang. Mereka lebih mengutamakan menjauhi fitnah dan ingin menjauhkan diri dari api neraka. Semakin bertambah pengikut Ibnu al-Hanafiyyah, makin marahlah Abdullah bin Zubair dan makin keras memaksa untuk berbai’at kepadanya.

Setelah merasa gagal menundukkan Bani Hasyim dan pengikutnya, Ibnu Zubair melarang mereka keluar dari Mekah dan dia memerintahkan pengawasnya untuk menjaga mereka.

Ibnu Zubair berkata kepada mereka: “Demi Allah, kalian harus berbai’at atau kami akan membakar kalian “Dia mengurung muslimin di rumah-rumah mereka dan menata kayu-kayu bakar di sekelilingnya sampai sama tinggi dengan dinding-dinding rumah. Seandainya disulut sebatang kayu saja akan terbakarlah semuanya.

Dalam kondisi demikian, beberapa orang dari pengikut Ibnu al-Hanafiyyah berkata,”Izinkanlah kami untuk membunuh Ibnu Zubair dan membebaskan orang-orang dari tekanannya.”

Tetapi Muhammad bin Ali Al-Hanfiyyah melarang mereka sembari berkata, “Apakah kita akan menyalakan api fitnah padahal kita menjauhkan diri darinya, lalu membunuh salah satu sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamdan putra-putranya?! Tidak.Demi Allah kita akan melakukan sesuatu yang dimurkai Allah dan rasul-Nya jika demikian.”

Berita tentang tekanan Abdullah bin Zubair terhadap Muhammad al-Hanafiyyah dan sahabat-sahabatnya sampai ke telinga Abdul Malik bin Marwan. Kondisi tersebut dianggapnya sebagai peluang yang bagus untuk menarik simpati mereka agar mau bergabung di pihaknya.

Dia mengirim surat melalui utusan yang seandainya dia mengirim surat kepada salah satu putranya pun tentu tidak lebih lembut dan halus daripada itu. Di antara isi surat tersebut adalah sebagai berikut:

“Telah sampai berita kepada kami bahwa Ibnu Zubair telah menekan Anda beserta pengikut-pengikut Anda dan tidak lagi menghargai hak-hak Anda.Oleh karena itu, negeri Syam terbuka bagi Anda semua.Kami menyambut kedatangan Anda dengan dada dan tangan terbuka.Anda boleh tinggal di bagian mana saja yang Anda kehendaki sebagai sesama keluarga dan tetangga yang terhormat. Dan Anda semua akan mendapati kami sebagai orang-orang yang tahu menjaga hak, tidak melupakan kebijaksanaan, dan menghubungkan silaturahmi dengan baik, insyaAllah..”

Muhammad al-Hanafiyyah beserta pengikutnya berangkat menuju Syam. Mereka kemudian menetap di kota Ailah. Para penduduk di kota itu menyambut mereka dengan hangat dan menjadi tetangga yang baik. Mereka menyayangi dan menghormati Muhammad al-Hanafiyyah setelah melihat ketekunannya dalam ibadah dan kezuhudannya terhadap duniawi.Dia senantiasa menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar. Menegakkan syi’ar Islam, mendamaikan segala pertentangan di antara mereka dan tidak membiarkan seorang pun menzhalimi orang lain.

Berita tentang keadaannya sampai ke telinga khalifah Abdul Malik.Dia pun bingung dalam menentukan sikap.Dia mengumpulkan para pejabatnya untuk bermusyawarah, lalu mereka berkata, “Tidak layak Anda mengizinkan dia berada dalam kekuasan Anda sedangkan dia sebagaimana Anda ketahui.Sebaiknya Anda tawarkan kepadanya untuk berbai’at kepada Anda atau kembali ke tempat asalnya.”

Keputusan diambil, Abdul Malik menulis surat kepada Muhammad al-Hanafiyyah sebagai berikut: “Anda menetap di daerah kami, sedangkan pertikaian masih berlangsung antara saya dan Abdullah bin Zubair. Anda adalah seorang yang terpandang di kalangan kaum muslimin.Oleh sebab itu, saya memandang perlunya Anda berbia’at kepada saya, apabila Anda ingin tinggal dalam wilayah kekuasaan saya.Bila Anda berbai’at, kebetulan ada seratus kapal yang baru tiba dari Kulzam, semuanya saya serahkan kepada Anda. Lalu ada tambahan lagi sebesar seratus juta dirham dan semua kebutuhan Anda beserta sanak keluarga akan selalu kami cukupi. Tetapi apabila Anda menolak, sebaiknya Anda segera keluar dari wilayah kekuasaan.”

Setelah menerima dan membaca surat tersebut, Muhammad al-Hanafiyyah menjawab:

“Dari Muhammad al-Hanafiyyah kepada Abdul Malik bin Marwan.”

Keselamatan semoga tercurah atas Anda setelah bertahmid kepada Allah yang tiada Ilah yang haq selain Dia. Saya mengira Anda takut dan khawatir terhadap saya, sedangkan Anda sudah tahu sikap dan pendirian saya dalam persoalan ini. Demi Allah, seandainya seluruh umat ini berkumpul kecuali satu kelompok dari satu desa saja, saya tetap menerimanya dan tidak memeranginya. Saya telah datang ke Mekah kemudian Abdullah bin Zubair meminta agar saya membai’at kepadanya. Ketika saya menolak, dia menganiaya saya. Kemudian Anda menulis surat kepada saya dan menawarkan untuk tinggal di daerah Syam. Saya memilih tinggal di suatu kota di tepian wilayah Anda karena biaya hidup lebih murah, lagi pula jauh dari wilayah kekuasaan Anda. Sekarang Anda menulis surat kepada saya disertai ancaman, maka kami memilih pergi dari Anda, InsyaAllah.”

Akhirnya, Muhammad al-Hanafiyyah bersama seluruh keluarga dan pengikutnya keluar dari Syam.Namun setiap kali hendak menetap di suatu tempat, mereka selalu diganggu dan diusir.

Belum cukup penderitaannya, Allah Subhanahu wa Ta’alamasih mengujinya dengan kesulitan lain yang lebih keras dan berat. Di antara pengikutnya, muncul orang-orang yang berhati cacat dan hilang akal sehatnya sehingga mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammeninggalkan pada diri Ali dan keturunannya rahasia-rahasia ilmu, tatanan agama dan pusaka-pusaka syariat. Itu semua dikhususkan bagi keluarga Muhammad al-Hanafiyyah yang tak diketahui oleh orang lain.

Laki-laki yang berilmu dan cerdas ini paham tentang apa yang ada di balik kata-kata sesat tersebut, yang mungkin akan menyeret Islam dan kaum muslimin ke dalam bahaya besar. Beliau mengumpulkan orang-orang kemudian berbicara untuk menjernihkan masalah. Setelah mengucapkan tahmid kepada Allah dan shalawat atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata, “Ada beberapa orang yang menganggap kami sekeluarga memiliki ilmu yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara khusus bagi kami, yang tidak diketahui oleh orang lain. Maka Kami tegaskan, demi AllahSubhanahu wa Ta’ala, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mewariskan kecuali yang ada di antara dua lauh (papan/cover)…” sambil menunjuk kepada Mushaf. “Barangsiapa menganggap kami membaca selain Kitabullah, maka dia berdusta.”

Ketika sebagian dari pengikutnya memberi salam, “Assalamu’alaika, wahai Mahdi (pemberi petunjuk)”, maka beliau menjawab, “Benar, aku adalah pemberi petunjuk kepada kebaikan dan kalian insya Allah mendapatkan hidayah dan menjadi manusia-manusia yang mendapat hidayah. Tetapi jika kalian memberi salam kepadaku, cukuplah menyebutkan namaku dan katakan, “Assalamu’alaika, wahai Muhammad.’

Tidak lama ketika rasa bingung menggelayuti pikiran Muhammad al-Hanafiyyah dan beberapa pengikutnya di tempat mereka tinggal, atas kehandak Allah Subhanahu wa Ta’ala, Hajjaj bin Yusuf berhasil membunuh Abdullah bin Zubair, kemudian semua orang berbai’at kepada Abdul Malik bin Marwan.

Maka tak ada lagi pilihan lain bagi Muhammad al-Hanafiyyah kecuali menulis surat kepada Abdul Malik:

“Kepada hamba Allah Abdul Malik bin Marwan, Amirul Mukminin, dari Muhammad bin Ali. Setelah mengikuti perkembangan, saya melihat bahwa kekuasaan sudah kembali ke tangan Anda.Orang-orang sudah berbai’at kepada Anda melalui wali Anda di Hijaz.Saya kirimkan pernyataan tertulis ini kepada Anda.Wassalam.’

Sesampainya surat itu, Abdul Malik membacakan di hadapan sahabat-sahabatnya, mereka berkata, “Seandainya beliau ingin mengganggu dan menimbulkan keonaran di antara muslimin, dia mampu melakukannya dan engkau tidak bisa berbuat apa-apa. Oleh sebab itu, tulislah jawaban untuknya agar dia berjanji dan bersumpah untuk menjaga ketenteraman atas nama AllahSubhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya agar tidak timbul kekacauan karena kekuatan dan banyaknya pengikut beliau.”

Maka, Abdul Malik bin Marwan pun menulis surat jawaban untuk Ibnu al-Hanafiyyah dan memerintahkan kepada walinya, Hajjaj bin Yusuf, agar senantiasa menghormati, menjaga kedudukannya, dan berbuat baik kepada Muhammad.

Namun sayang, usia Muhammad al-Hanafiyyah tidak begitu panjang. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilihnya untuk kembali ke sisi-Nya dengan ridha dan penuh keridhaan.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati Muhammad al-Hanafiyyah yang tidak menginginkan perpecahan umat terjadi di muka bumi dan tidak pula gila jabatan dan kehormatan.

Sumber: Mereka adalah Para Tabi’in, Dr. Abdurrahman Ra’at Basya, At-Tibyan, Cetakan VIII, 2009

Artikel www.KisahMuslim.com

Apakah Anda pernah membayangkan jika ada sesuatu pada diri Anda yang dapat menentukan hidup Anda? Garis hati pada tangan Anda ternyata menyimpan rahasia tentang kehidupan Anda, mari kita lihat apa yang dikatakannya.

Garis hati pada tangan Anda ternyata menyimpan rahasia tentang kehidupan Anda, mari kita lihat apa yang dikatakannya. Garis hati adalah garis yang terletak dibawah jari telunjuk, jari tengah dan memanjang kea rah ujung  telapak tangan hingga jari kelingking. Jika Anda ingin tahu apa yang tersimpan di dalam arti garis hati Anda, silakan bandingkan bentuk garis hati Anda dengan gambar diatas dan tentukan jenis garis hati Anda kemudian bacalah arti dari hasilnya.


Garis Hati Bentuk A


Garis Hati Bentuk A
Jika garis hati Anda dimulai dari jari tengah, ini menandakan Anda adalah seorang pemimpin, ambisius, mandiri, cerdas dan cepat mengambil keputusan. Anda cenderung kurang sensitive dan cenderung lebih dingin terhadap orang lain. 

Garis Hati Bentuk B


Garis Hati Bentuk B
Pada garis hari bentuk B, garis hati Anda mulai ditengah-tengah jari tengah dan jari telunjuk. Ini menandakan Anda adalah orang yang baik hati dan selalu mempertimbangkan perasaan orang lain, namun Anda juga sering ragu-ragu dan sangat berhati-hati untuk melibatkan orang lain, tetapi orang lain cenderung mempercayai Anda. Anda juga cenderung menggunakan logika dan otak Anda dalam membuat keputusan-keputusan yang harus diambil..


 
Garis Hati Bentuk C


Garis Hati Bentuk C
Garis hati ini mulai dibawah jari telunjuk. Orang dengan garis Hati bentuk C akan cenderung banyak persamaan dengan Garis Hati A.


Garis Hati Bentuk D


Garis Hati Bentuk D
Jika Garis Hati Anda berada antara jempol dan jari telunjuk, maka Anda adalah orang yang sabar, penyayang, selalu memiliki maksud yang baik dan hati yang lembut.
 


Sumber: Buynongmoseeds.com

 Era Rosululloh (622-632M) dan periode Daulat Khulafaurrasyidn (632-661 M)

Kesuksesan Rasulullah Muhammad Saw dalam membangun peradaban Islam yang tiada taranya dalam sejarah dicapai dalam kurun waktu 23 tahun, 13 tahun langkah persiapan pada periode Makkah (Makiyyah) dan 10 tahun periode Madienah (Madaniyah). Periode 23 tahun merupakan rentang waktu kurang dari satu generasi, dimana beliau Saw telah berhasil memegang kendali kekuasaan atas bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu khususnya Romawi, Persia dan Mesir.

Seorang ahli pikir Perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan:
Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain.

Masa kerasulan Muhammad Saw pada akhir periode Madienah merupakan puncak (kulminasi) peradaban Islam, karena disitulah sistem Islam disempurnakan dan ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah ayat 3).

Generasi masa itu merupakan generasi terbaik sebagaimana firman Alloh Swt:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh. (QS. Ali Imran ayat 110).


MENDENGAR kata Arab Saudi, salah satu hal yang mungkin terbayang dalam kepala kita adalah panas. Maklum, bagaimana tidak, dataran Arab memang sudah ditakdirkan seperti itu oleh Allah swt. Tapi jangan heran, tidak demikian dengan sebuah kota bernama Thaif. Thaif, jika di Indonesia, mungkin seperti Bandung, yang sejuk.

Thaif adalah sebuah daerah yang terletak hanya 80 km dari Mekah, tetapi mempunyai iklim yang sungguh berbeda dengan Mekah. Di Mekah mungkin orang sudah kepanasan karena suhu 48 derajat celcius. Perbedaan yang tentu saja selalu membuat kening orang berkerut karena terasa jomplang sekali dikarenakan kedua kota itu berada di Saudi, dan bisa dibilang “bersaudaraan” karena jaraknya yang hanya bisa ditempuh dengan waktu hanya 1,5 jam saja mengenakan kendaraan.

Thaif terkenal sebagai pemasok sayur mayur dan buah-buahan di Arab Saudi. Thaif diberkahi dengan kesuburan tanah meski komposisi bebatuannya lebih banyak. Buah dan sayur yang terdapat di pasar tradisionalnya melimpah dan segar. Segala macam buah berada di kota ini, termasuk buah delimanya yang sangat terkenal.

Untuk memasuki Thaif, diperlukan izin khusus dan pemeriksaan yang cukup ketat. Ini mungkin karena di sana terdapat sekolah militer dan gudang senjata pemerintahan Arab Saudi.
Kota ini dikelilingi oleh pegunungan yang dingin. Dahulu, sekadar mengingatkan, di kota inilah Nabi Muhammad saw pernah diusir dan dilempar batu. Kini, di daerah ini pula tumbuh subur pohon Zaqqum, pohon yang dipenuhi duri tajam dan besar. Dalam Surah Al Waqiah ayat 52, pohon ini bakal menjadi bahan makanan penghuni neraka. Apa gerangan pohon Zaqqum ini? Samakah dengan pohon Qhorqod Yahud?

Zaqqum ( زقوم‎) adalah pohon di neraka yang buahnya menjadi makanan penghuni neraka, jika pohon ini diletakkan di dunia, maka akan hancur bumi beserta isinya. Jika dimakan rasanya akan seperti kuningan yang dicairkan bahkan lebih buruk. Buah tersebut akan membakar wajah beserta organ dalam tubuh mereka. Penghuni neraka akan selalu lapar, mereka akan selalu tergesa-gesa kedasar neraka, untuk memakan apapun yang dapat mereka temukan. Didasar neraka ini mereka akan dipaksa memakan buah dari pohon Zaqqum. Bahkan sebelum disentuh pun, bibir mereka akan terbakar sehingga nampaklah gigi mereka. Tidak hanya itu, mereka akan menelan duri yang akan merobekkan kerongkongan setelah buah itu ditelan. Sebelum buah itu sampai keperut, buah itu akan membakar dan mengeluarkan isi perut.

Istilah zaqqum ini digunakan dalam Al Quran ayat:
as Shafaat 62, 63, 66 dan 67, 68
al Israa 60,
ad Dhukan 43,
al Waqi’aah 52.
”(Makanan surga) itulah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. Sesungguhnya kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya ia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka jahim. Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan. Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. Kemudian sesudah makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka jahim,” (As Shaffat:62 – 68).

Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam bersabda,”Seandainya setitik dari zaqqum diteteskan di dunia niscaya akan menghancurkan kehidupan semua penghuninya. Lalu bagaimana dengan keadaan orang yang menjadikan zaqqum sebagai makanannya?” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Majjah dalam sunannya, kitab Az-Zuhud, bab Shifat An Nar, 8/4325.)
Walaupun pohon zaqqum tidak sama dengan pohon gharqad, tetapi orang-orang Yahudi sudah terkenal senang memelihara pohon ini
 
. [sa/berbagaisumber]
Powered by Blogger.