Halloween party ideas 2015

KETIKA Sulaiman pertama kali mendengar suara adzan di Bahrain dalam sebuah perjalanan, ia merasakan sebuah keindahan. Sulaiman pun bertanya-tanya apa makna kata-kata tersebut. Orang-orang pun memberitahunya. Namun sejauh itu, semua hanya informasi. “Yang terasa bagi saya dalam perjalan itu hanya sekadar turisme,” tuturnya.

Dari Bahrain, ia menuju Shorjah, lalu Irak, akhirnya sampai di Turki. Di sini, ia menemukan sesuatu yang berbeda. “Itu bukan berarti Islam terlihat lebih baik dan lebih agung di Turki, tidak sama sekali. Faktanya, secara menyedihkan Islam di Turki ditekan dalam banyak aspek,” ungkapnya.
Saat berada di negara itu, Sulaiman menemukan banyak hal luar biasa, salah satunya arsitektur Islam dari periode Ottoman yang ia anggap sangat indah. “Tak butuh waktu lama hingga saya bisa mengenal orang-orang di Turki dengan baik,” tuturnya.
Lalu tibalah Ramadhan. Ia pernah mengalaminya berulang kali di Teluk namun lewat begitu saja, tak ada yang berkesan. Tapi di Turki, Sulaiman merasakan hal berbeda. “Saya merasakan sesuatu yang lain. Segera saya sadari bahwa mereka yang berpuasa saat Ramadhan adalah orang-orang yang saya kenal dan saya sukai.”
Saat itu ia melihat ada hubungan gamblang antara orang-orang terbaik dengan orang yang berpuasa. “Ini menunjukkan pada saya sebagian dari Muslim terbaik dan saya pun tertarik dengan mereka.”
Sulaiman tak sekadar tertarik ikut dengan aktivitas mereka. Ia pun mulai berpuasa saat Ramadhan meski saat itu ia bukanlah Muslim. “Sungguh membahagiakan di banyak hal, memang sangat menantang di sisi lain, namun sangat menyenangkan,” tuturnya.
Sulaiman mengaku menikmati puasa. “Terutama di saat menunggu Adhzan Maghrib dan ketika menunggu dengan diam dan tenang bersama orang-orang lain yang berpuasa sepanjang hari,” akunya.
Mereka, meski berpuasa tetap bekerja karena seperti negara bermayoritas Muslim lain, di Turki pun aktivitas publik dan pekerjaan terus berjalan. Kenyataan itu memikat Sulaiman, orang-orang berpuasa sepenuhnya dari awal hari hingga senja dan tetap bekerja sepanjang hari.
“Saya juga melakukan itu dan sangat sulit, namun alhamdulillahsaya berhasil,” ungkapnya. Ia pun terkesan dan merasa melakukan prestasi besar. “Pengalaman itu menginspirasi saya untuk lebih banyak mengkaji Islam,” ujarnya.
Sulaiman mulai membaca Al Qur’an, dan biografi Rasul, kisah kehidupan Nabi Muhammad yang ternyata sungguh menginspirasinya. “Ini sangat menarik karena pria ini adalah seseorang yang besar dalam sejarah dan itu fakta. Sesuatu yang bisa saya hubungkan dengan ketertarikan Barat terhadap logika,” ujarnya.
Sulaiman terus mengikuti kata hatinya yang kian cenderung pada Islam. “Namun masih belum ada orang yang melakukan dakwah serius kepada saya, tak seorangpun mencoba meyakinkan saya bahwa saya harus berganti jalan menuju jalan lain,” ujarnya.
Setelah kembali dari Turki ke Dubai, Sulaiman bekerja dengan seseorang yang—menurutnya—Istimewa. “Orang ini yang dulu adalah bos saya kini menjadi sahabat terbaik saya,” ujarnya.
“Malam seusai kerja kami berdiskusi sambil makan malam. Mungkin juga ketika saat di kantor. Ia akan membantu saya mempelajari hal-hal yang benar dan mengajak saya bertemu orang-orang yang tepat. Ia juga mencoba menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan saya sebaik yang ia bisa,” tutur Sulaiman.
Namun, si kawan masih bisa melihat semua keberatan Sulaiman terutama berkaitan dengan logika. “Semua pertanyaan tentang adat dan praktik-praktik ibadah, semua ini keluar dari bawaan sekuler,” ungkapnya. Sulaimen mengaku tak pernah benar-benar menjadi seorang Kristen. “Saya hanyalah orang yang agnostik—percaya tuhan tapi tidak percaya agama.”
Sulaiman tak akan pernah melupakan ketika ia masuk Islam. Beberapa orang Eropa merubunginya. Semuanya Muslim. “Mereka sangat berpendidikan, bijak dan pengkaji Islam yang beralih menjadi Muslim sekitar 10 atau 20 tahun sebelumnya. Pengetahuan mereka tentang Islam, sangat besar. Hingga kini mereka masih melakukan dakwah di penjuru dunia,” tuturnya.
Saat itu Rabu malah di tengah pekan tepat pukul 1.00 dini hari. Mereka berkata pada Sulaiman. “Jadi apakah kamu masih memiliki pertanyaan lagi?”
“Tidak…saya tak punya, saya sudah kehabisan pertanyaan,” balas Sulaiman. Merka balik merespon “Kini apa, apakah anda akan menerima Islam?”
“Apa yang bisa saya katakan, saat itu saya hanya bisa menjawab ‘Ya’,” kata Sulaiman menuturkan situasi malam itu.
Mereka pun mengundang Sulaiman datang ke rumah pada Jumat berikut, dua hari lagi. Saat tiba di sana, rumah dalam kondisi dipersiapkan sangat baik. “Mereka memberi saya pelajaran dan anjuran terakhir, hal-hal yang perlu saya ketahui tentang shalat, wudhu, dan kami pun pergi ke Masjid Jumairah di mana saya mengucapkan syahadat,” kenang Sulaiman
Pengalaman berharga yang saat itu ia terima, segera saja ia memiliki ribuan saudara. Mereka memeluk Sulaiman dan bahagia. “Saya tak pernah melihat begitu banyak wajah bahagia, tidak, tak saat di pesta ulang tahun saya, tidak saat perkumpulan Kristen juga dalam pertemuan lain, Di sini banyak orang bahagia dan mereka semua bahagia untuk saya,”

 Sumber : [islampos/onislam]


SETELAH Ramadhan usai kita mestinya kita tidak menurunkan semangat ibadah kita. Syawal bukan berarti ibadah kita menurun, tetapi lebih baik jika meningkat. Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمّ أتْبَعَهُ سِتَا مِنْ شَوّالَ آان آصيام الدّهْرَ
“Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun” (HR. Muslim).
Filosofi pahal puasa 6 hari di bulan Syawwal setelah puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan sama dengan puasa setahun, karena setiap hasanah (kebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya.
Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfaat, di antaranya:
  1. Puasa enam hari di buian Syawal setelah Ramadhan, merupakan pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh.
  1. Puasa Syawal dan Sya’ban bagaikan shalat sunnah rawatib, berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana keterangan yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan ketidak sempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan menyempurnakannya.
  1. Membiasakan puasa setelah Ramadhan menandakan diterimanya puasa Ramadhan, karena apabila Allah Ta’ala menerima amal seorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan: “Pahala amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya.” Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dengan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.
  1. Puasa Ramadhan -sebagaimana disebutkan di muka- dapat mendatangkan maghfirah atas dosa-dosa masa lain. Orang yang berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahalanya pada hari Raya ‘ldul Fitri yang merupakan hari pembagian hadiah, maka membiasakan puasa setelah ‘Idul Fitri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh tak ada nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-dosa.
  1. Dan di antara manfaat puasa enam hari bulan Syawal adalah amal-amal yang dikerjakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya pada bulan Ramadhan tidak terputus dengan berlalunya bulan mulia ini, selama ia masih hidup.
Sebaiknya orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan memulai membayarnya di bulan Syawal, karena hal itu mempercepat proses pembebasan dirinya dari tanggungan hutangnya. Kemudian dilanjutkan dengan enam hari puasa Syawal, dengan demikian ia telah melakukan puasa Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal.
Dan perlu diingat pula bahwa shalat-shalat dan puasa sunnah serta sedekah yang dipergunakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala pada bulan Ramadhanadalah disyari’atkan sepanjang tahun, karena hal itu mengandung berbagai macam manfaat, di antaranya; ia sebagai pelengkap dari kekurangan yang terdapat pada fardhu, merupakan salah satu faktor yang mendatangkan mahabbah (kecintaan) Allah kepada hamba-Nya, sebab terkabulnya doa, demikian pula sebagai sebab dihapusnya dosa dan dilipatgandakannya pahala kebaikan dan ditinggikannya kedudukan.
[ds/islampos]
Sumber: Fiqih Panduan Ibadah/Iman Santoso, Lc.


ALEXANDER Pertz, bocah Amerika yang dilahirkan dari keluarga Nasrani pada tahun 1990 M. Sejak awal, ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya sendiri jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat.

Begitu dia bisa membaca dan menulis, maka ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi. Setelah membaca dengan mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun.
Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar’i, membaca sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal sebagian surat, dan belajar adzan.

Semua itu ia rasakan tanpa bertemu dengan seorang muslimpun. Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya yaitu Muhammad ‘Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah saw yang dia cintai sejak masih kecil.
Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah tersebut bertanya kepada wartawan itu, “Apakah engkau seorang yang hafal Al-Quran?”

Wartawan itu berkata “Tidak.” Namun sang wartawan dapat merasakan kekecewaan anak itu atas jawabannya.
Anak itu kembali berbicara dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan kawan-kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (surban) yang dia lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun umum untuk mengumandangkan adzan sebelum dia sholat. Kemudian ia berkata dengan penuh penyesalan, “Terkadang aku kehilangan sebagian sholat karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu sholat.”

Kemudian wartawan itu bertanya pada sang bocah, “Apa yang membuatmu tertarik pada Islam? Mengapa engkau memilih Islam, tidak yang lain saja?” Dia diam sesaat kemudian menjawab.
Bocah itu diam sesaat dan kemudian menjawab, “Aku tidak tahu, segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentangnya, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku.”
Wartawan itu bertanya kembali, “Apakah engkau telah bisa melakukan shaum di bulan Ramadhan?”

Muhammad tersenyum sambil menjawab, “Ya, aku telah melakukannya di bulan Ramadhan tahun lalu dengan sempurna. Alhamdulillah, dan itu adalah pertama kalinya aku shaum. Dulunya sulit, terlebih pada hari-hari pertama.” Kemudian dia meneruskan, “Ayah menakutiku dan berkata bahwa aku tidak akan mampu melakukan ibadah ini, akan tetapi aku tetap shaum dan tidak mempercayai hal tersebut.”
“Apakah cita-citamu ?” tanya wartawan tersebut. Dengan cepat Muhammad menjawab, “Aku memiliki banyak cita-cita. Aku berkeinginan untuk pergi ke Makkah dan mencium Hajar Aswad.”
“Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untuk menunaikan ibadah haji sangatlah besar. Adakah penyebab hal tersebut?” tanya wartawan lagi.

Ibu Muhamad untuk pertama kalinya ikut angkat bicara, dia berkata “Sesungguhnya gambar Ka’bah telah memenuhi kamarnya, sebagian manusia menyangka bahwa apa yang dia lewati pada saat sekarang hanyalah semacam khayalan, semacam angan yang akan berhenti pada suatu hari. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dia tidak hanya sekedar serius, melainkan mengimaninya dengan sangat dalam sampai pada tingkatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain.”

Tampaklah senyuman di wajah Muhammad ‘Abdullah, dia melihat ibunya membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang thawaf di sekitar Ka’bah, dan haji sebagai sebuah lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Allah telah menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa, kaya, atau miskin.

Kemudian Muhammad meneruskan, “Sesungguhnya aku berusaha mengumpulkan sisa dari uang sakuku setiap pekannya agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah pada suatu hari. Aku telah mendengar bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar.”
Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan keteledorannya, “Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak memiliki cukup uang untuk mengirimnya dalam waktu dekat ini.”
“Apakah cita-citamu yang lain ?” tanya wartawan. “Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum muslimin. Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi) dari mereka.” jawab Muhammad.

Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka diapun memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara dia dengan ibunya sekitar tema ini.

Muhammad berkata, “Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap Palestina.”
“Apakah engkau mempunyai cita-cita lain?” tanya wartawan lagi. Muhammad menjawab, “Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, dan menghafal Al Quran.”
“Apakah engkau berkeinginan belajar di negeri Islam?” tanya wartawan. Maka dia menjawab dengan meyakinkan, “Tentu.”
“Apakah engkau mendapati kesulitan dalam masalah makanan? Bagaimana engkau menghindari daging babi?”

Muhammad menjawab, “Babi adalah hewan yang sangat kotor dan menjijikkan. Aku sangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya? Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi ke restoran, maka aku kabarkan kepada mereka bahwa aku tidak memakan daging babi.”
“Apakah engkau sholat di sekolahan?” tanya wartawan itu lagi. “Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan tempat shalat setiap hari,” jawab Muhammad.

Kemudian datanglah waktu shalat maghrib di tengah wawancara. Bocah itu langsung berkata kepada wartawan,”Apakah engkau mengijinkanku untuk mengumandangkan adzan?”
Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan adzan. Dan tanpa terasa, air mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan mendengarkan bocah itu mengumandangkan adzan.


 [hf/islampos/atjehcyber]

Sejarah perlu kita luruskan kembali, agar anak cucu tidak semakin dibodohi oleh penulis-penulis yang punya maksud tersembunyi. Siapa yang tak kenal Kapitan Pattimura? Pahlawan Nasional yang gambarnya tertera di uang kertas Rp. 1000 keluaran tahun 2000. Perjuangannya dalan mengusir penjajah belanda di maluku sudah tidak diragukan lagi. namun yang menjadi masalah adalah agama yang dianutnya. Apakah ia beragama kristen atau Islam?
Foto ini diperoleh dari Museum Angkatan Laut di Prince Hendrik Kade, Rotterdam, Belanda, hasil lukisan komandan marinir Belanda, Q.M.R.Verhuell, yang menumpas pemberontakan Ahmad Lussy pada 1871. Verhuell melukis beliau saat membuat berita acara pemeriksaannya.
Tokoh Muslim ini sebenarnya bernama Ahmad Lussy, tetapi dia lebih dikenal dengan Thomas Mattulessy yang identik Kristen. Inilah Salah satu contoh deislamisasi dan penghianatan kaum minor atas sejarah pejuang Muslim di Maluku dan/atau Indonesia umumnya.
Nunu oli
Nunu seli
Nunu karipatu
Patue karinunu
Terjemahannya : “Saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah beringin besar dan setiap beringin besar akan tumbang tapi beringin lain akan menggantinya. (demikian pula) saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah batu besar dan setiap batu besar akan terguling tapi batu lain akan menggantinya”.
Ucapan-ucapan puitis yang penuh tamsil itu diucapkan oleh Kapitan Ahmad Lussy atau dikenal dengan sebutan Pattimura, pahlawan dari Maluku. Saat itu, 16 Desember 1817, tali hukuman gantung telah terlilit di lehernya. Dari ucapan-ucapannya, tampak bahwa Ahmad Lussy seorang Mujahidin yang berjiwa besar. Dia tidak takut ancaman maut. Wataknya teguh, memiliki kepribadian dan harga diri di hadapan musuh. Ahmad Lussy juga tampak optimis.
(Buku Sejarah Kapitan Paitimura : M Sapija)
Ada Beberapa Catatan sejarah tentang Dari Pattimura selain M. Nour Tawainella dalam bukunya ” Menggali sejarah dan kearifan lokal Maluku“ :
“Verhuel Herinneringen van een reis naar Oost Indien” (1835-1836),
J.B. Van Doren (1857), “Thomas Matulesia, Het Hoofd Der Opstandelingen Van Het Eiland Honimoa”,
P.H. van der Kemp (1911), “Het herstel van het Nederlandsche gezag in de Molukken in 1817″,
M. Sapija (1954), Sejarah Perjuangan Pattimura”, Penerbit Djambatan,
Ben van Kaam (1977), “Ambon door de eeuwen”,
Namun keberanian dan patriotisme Pattimura itu terdistorsi oleh penulisan sejarah. Baik dari pemerintah belanda maupun versi M Sapija, sejarawan Indonesia yang pertama kali menulis buku tentang Pattimura (Baca pendapat M Sapija sumber wikipedia : Pattimura), mengartikan ucapan di ujung maut itu dengan :
“Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit”.
Namun menurut M. Nour Tawainella, juga seorang sejarawan (Baca : Kredibilitas beliau), penafsiran Sapija itu tidak pas karena warna tata bahasa Indonesianya terlalu modern dan berbeda dengan konteks budaya zaman itu.
Di bagian lain, Sapija menafsirkan, “Selamat tinggal saudara-saudara”, atau “Selamat tinggal tuang-tuang”. Inipun disanggah Tawainella. Sebab, ucapan seperti itu bukanlah tipikal Pattimura yang patriotik dan optimis. Puncak kontroversi tentang siapa Pattimura adalah penyebutan Ahmad Lussy dengan nama Thomas Mattulessy, dari nama seorang Muslim menjadi seorang Kristen. Hebatnya, masyarakat lebih percaya kepada predikat Kristen itu, karena Maluku sering diidentikkan dengan Kristen.
Kapitan Patimura adalah Muslim Taat
Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah). Ia bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali.
Menurut sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara, Pattimura adalah seorang Muslim yang taat. Selain keturunan bangsawan, ia juga seorang ulama. Data sejarah menyebutkan bahwa pada masa itu semua pemimpin perang di kawasan Maluku adalah bangsawan atau ulama, atau keduanya.
Bandingkan dengan buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit. M Sapija menulis, “Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau bukan nama orang tetapi nama sebuah negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan”.
Ada kejanggalan dalam keterangan di atas. Sapija tidak menyebut Sahulau itu adalah kesultanan. Kemudian ada penipuan dengan menambahkan marga Pattimura Mattulessy. Padahal di negeri Sahulau tidak ada marga Pattimura atau Mattulessy. Di sana hanya ada marga Kasimiliali yang leluhur mereka adalah Sultan Abdurrahman.
Jadi asal nama Pattimura dalam buku sejarah nasional adalah karangan dari Sapija. Sedangkan Mattulessy bukanlah marga melainkan nama, yaitu Ahmad Lussy. Dan Thomas Mattulessy sebenarnya tidak pernah ada di dalam sejarah perjuangan rakyat Maluku.
Berbeda dengan Sapija, Mansyur Suryanegara berpendapat bahwa Pattimura itu marga yang masih ada sampai sekarang. Dan semua orang yang bermarga Pattimura sekarang ini beragama Islam. Orang-orang tersebut mengaku ikut agama nenek moyang mereka yaitu Pattimura.
Masih menurut Mansyur, mayoritas kerajaan-kerajaan di Maluku adalah kerajaan Islam. Di antaranya adalah kerajaan Ambon, Herat, dan Jailolo. Begitu banyaknya kerajaan sehingga orang Arab menyebut kawasan ini dengan Jaziratul Muluk (Negeri Raja-raja). Sebutan ini kelak dikenal dengan Maluku. Mansyur pun tidak sependapat dengan Maluku dan Ambon yang sampai kini diidentikkan dengan Kristen. Penulis buku Menemukan Sejarah (yang menjadi best seller) ini mengatakan, “Kalau dibilang Ambon itu lebih banyak Kristen, lihat saja dari udara (dari pesawat), banyak masjid atau banyak gereja. Kenyataannya, lebih banyak menara masjid daripada gereja.”
Sejarah tentang Pattimura yang ditulis M. Sapija, dari sudut pandang antropologi juga kurang meyakinkan. Misalnya dalam melukiskan proses terjadi atau timbulnya seorang kapitan. Menurut Sapija, gelar kapitan adalah pemberian Belanda. Padahal tidak.
Leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap sesuatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti.
Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki seseorang. Kesaktian itu kemudian diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan suci. Bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan “kapitan” yang melekat pada diri Pattimura itu bermula.
Perjuangan Kapitan Ahmad Lussy
Perlawanan rakyat Maluku terhadap pemerintahan kolonial Hindia Belanda disebabkan beberapa hal :
Pertama, adanya kekhawatiran dan kecemasan rakyat akan timbulnya kembali kekejaman pemerintah seperti yang pernah dilakukan pada masa pemerintahan VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie).
Kedua, Belanda menjalankan praktik-praktik lama yang dijalankan VOC, yaitu monopoli perdagangan dan pelayaran Hongi. Pelayaran Hongi adalah polisi laut yang membabat pertanian hasil bumi yang tidak mau menjual kepada Belanda. Ketiga, rakyat dibebani berbagai kewajiban berat, seperti kewajiban kerja, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi.
Akibat penderitaan itu maka rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata. Pada tahun 1817, perlawanan itu dikomandani oleh Kapitan Ahmad Lussy. Rakyat berhasil merebut Benteng Duurstede di Saparua. Bahkan residennya yang bernama Van den Bergh terbunuh. Perlawanan meluas ke Ambon, Seram, dan tempat-tempat lainnya.
Perlawanan rakyat di bawah komando Kapitan Ahmad Lussy itu terekam dalam tradisi lisan Maluku yang dikenal dengan petatah-petitih. Tradisi lisan ini justru lebih bisa dipertanggung jawabkan daripada data tertulis dari Belanda yang cenderung menyudutkan pahlawan Indonesia. Di antara petatah-petitih itu adalah sebagai berikut:
“Yami Patasiwa
Yami Patalima
Yami Yama’a Kapitan Mat Lussy
Matulu lalau hato Sapambuine
Ma Parang kua Kompania
Yami yama’a Kapitan Mat Lussy
Isa Nusa messe
Hario,
Hario,
Manu rusi’a yare uleu uleu `o
Manu yasamma yare uleu-uleu `o
Talano utala yare uleu-uleu `o
Melano lette tuttua murine
Yami malawan sua mena miyo
Yami malawan sua muri neyo”
Terjemahannya :
“Kami Patasiwa
Kami Patalima
Kami semua dipimpin Kapitan Ahmad Lussy
Semua turun ke kota Saparua
Berperang dengan Kompeni Belanda
Kami semua dipimpin Kapitan Ahmad Lussy
Menjaga dan mempertahankan
Semua pulau-pulau ini
Tapi pemimpin sudah dibawa ditangkap
Mari pulang semua
Ke kampung halaman masing-masing
Burung-burung garuda (laskar-laskar Hualoy)
Sudah pulang-sudah pulang
Burung-burung talang (laskar-laskar sekutu pulau-pulau)
Sudah pulang-sudah pulang
Ke kampung halaman mereka
Di balik Nunusaku
Kami sudah perang dengan Belanda
Mengepung mereka dari depan
Mengepung mereka dari belakang
Kami sudah perang dengan Belanda
Memukul mereka dari depan
Memukul mereka dari belakang”
Berulangkali Belanda mengerahkan pasukan untuk menumpas perlawanan rakyat Maluku, tetapi berulangkali pula Belanda mendapat pukulan berat. Karena itu Belanda meminta bantuan dari pasukan yang ada di Jakarta. Keadaan jadi berbalik, Belanda semakin kuat dan perlawanan rakyat Maluku terdesak. Akhirnya Ahmad Lussy dan kawan-kawan tertangkap Belanda. Pada tanggal 16 Desember 1817 Ahmad Lussy beserta kawan-kawannya menjalani hukuman gugur di tiang gantungan.
Nama Pattimura sampai saat ini tetap harum. Namun nama Thomas Mattulessy lebih dikenal daripada Ahmad Lussy atau Mat Lussy. Menurut Mansyur Suryanegara, memang ada upaya-upaya deislamisasi dalam penulisan sejarah.
Demikian juga dalam buku Neiuw Guinea karangan WC Klein tertulis fakta bahwa Islam masuk Papua pada 1569. Barulah pada 5 Februari 1855, dua misionaris Kristen mendarat di Pulau Mansinam, Manokwari, Papua. Ternyata menurut buku Penduduk Irian Barat (hal 105) sebagian besar tentara dan orang Belanda yang ditempatkan di Papua adalah rohaniawan Gereja (misionaris Katolik dan Zending Protestan).
…Hal ini semakin menambah bukti bahwa Kristen disebarkan melalui jalan penjajahan dan pertumpahan darah…
Hal ini semakin menambah bukti bahwa Kristen disebarkan melalui jalan penjajahan dan pertumpahan darah. Sementara itu Kata ‘Maluku’ diambil dari bahasa Arab muluk (Raja-Raja), wilayah Maluku saat ini dan Papua awalnya dikuasai dan diperintah oleh para Raja Islam (Sultan) sebelum akhirnya datang misionaris-misionaris Kristen yang mempertahankan adat dan tradisi jahiliyyah di wilayah tersebut. Sehingga upacara-upacara kemusyrikan dan pakaian yang tidak syar’i dipertahankan dengan dalih pelestarian budaya. Tragisnya, ternyata hal itu dilanjutkan secara legal oleh pemerintah kita hingga detik ini.
Dengan di publikasinya tulisan ini, kita berharap, ada tambahan referensi pembaca untuk membantu kami untuk menguatkan fakta ini sekaligus perbaikan data yang ada apabila masih terdapat kekurangan. Kita mengharapkan ada perbaikan sejarah yang telah di nodai oleh segelintir manusia yang tujuannya terselubung.
(Sumber: swara mustika/Redaksi)

By :M. Nour Tawainella


 

Sunita Williams, seorang wanita India pertama yang pergi ke bulan pada tanggal 9-07-2011.
Kembalinya dari Bulan langsung masuk dan memeluk Agama Islam.

Dia berkata :
''Dari Bulan seluruh Bumi kelihatan hitam dan gelap kecuali dua tempat yang terang dan bercahaya.
Ketika aku lihat dengan Teleskop, ternyata tempat itu adalah Mekkah dan Madinah. Di Bulan semua frekuensi suara tidak berfungsi, Tapi aku masih mendengar suara Adzan.''

Prof Lawrence E Yoseph :
Sungguh kita telah berhutang besar kepada umat Islam, dalam Encyclopedia Americana menulis :
"...Sekiranya orang-orang Islam berhenti melaksanakan thawaf ataupun shalat di muka bumi ini, niscaya akan terhentilah perputaran bumi kita ini, karena rotasi dari super konduktor yang berpusat di Hajar Aswad, tidak lagi memencarkan gelombang elektromagnetik .

Menurut hasil penelitian dari 15 Universitas :
Menunjukkan Hajar Aswad adalah batu meteor yang mempunyai kadar logam yang sangat tinggi, yaitu 23.000 kali dari baja yang ada !!

Beberapa astronot yang mengangkasa melihat suatu sinar yang teramat terang mememancar dari bumi, dan setelah diteliti ternyata bersumber dari Bait Allah atau Ka'bah.
Super konduktor itu adalah Hajar Aswad, yang berfungsi bagai mikrofon yang sedang siaran dan jaraknya mencapai ribuan mil jangkauan siarannya.

Prof Lawrence E Yoseph - Fl Whiple menulis :
"...Sungguh kita berhutang besar kepada orang Islam, shalat, tawaf dan tepat waktu menjaga super konduktor itu..."

Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi.
Radiasi yang berada di sekitar ka’bah ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam.
Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama ‘Zero Magnetism Area’,
artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub.

Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi.

Sebab itu lah ketika kitìa mengelilingi Ka’Bah, maka seakan- akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.

Makkah juga merupakan pusat bumi.
Makkah adalah Pusat dari lapisan-lapisan langit Ada beberapa ayat dan hadits nabawi yang menyiratkan fakta ini.

Allah berfirman :
‘Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.’ (ar-
Rahman:33).

Menurut riwayat Ibnu Abbas dan Abdullah bin Amr bin As, dahulu Hajar Aswad tidak hanya berwarna putih tetapi juga memancarkan sinar yang berkilauan.
Sekiranya Allah subhanahu wata'ala tidak memadamkan kilauannya, tidak seorang manusia pun yang sanggup mamandangnya.
Dalam penelitian lainnya, mereka mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air.
Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut ( dari Ka’Bah ) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tatasurya kita.

Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda :
Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam.

Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Illaha illallah, Allahu Akbar

Betapa bergetar hati kita melihat dahsyatnya gerakan thawaf haji dan Umroh. Ini adalah jawaban fitnah dan tuduhan jahiliyah yang tak didasari ilmu pengetahuan ;
yaitu mengapa kaum Muslimin shalat ke arah kiblat dan bahwa umat Islam di anggap menyembah Hajar Aswad. Hanya Allah Yang Maha Kuasa Dan Segala-Galanya.

Subhanallah ..


 sebarkan ke sesama muslim. (Berarti anda telah membelanjakan hartamu di jalan Allah)

Sumber : facebook.com/ Yoedhy Adrians

Dream -

 Sebelum menjadi mualaf, Katia adalah seorang yang religius meski dia sendiri mengaku dibesarkan dari keluarga yang tidak terlalu religius.

Melihat keluarganya yang sangat jarang beribadah, Katia berniat mencari informasi tentang agamanya sebanyak-banyaknya.

Dia mencoba berbagai aliran dalam agamanya. Katia juga menghadiri banyak ibadah dari aliran-aliran agama tersebut. Katia awalnya merasa nyaman dengan beberapa orang yang ia temui.

Namun Katia hanya menemui pemandangan sesaat ketika ia beribadah dengan orang-orang tersebut. Setelah keluar dari ibadah, orang-orang yang ia temui tersebut kembali pada kepribadian dan perilaku yang sama sekal berbeda saat mereka beribadah.

Hal itu membuat Katia benar-benar ingin menjauh dari kelompok- kelompok agama tersebut. Perasaannya terus mendorong Katia untuk mencari tahu agama lainnya.

Katia sering menjumpai Muslimah di Rusia. Tapi mereka tidak mengenakan hijab. Hanya satu teman Muslimah Katia yang pernah dia temui memakai hijab.

Dia bernama Salaly. Jujur, Katia tidak pernah menghormati agama Salaly atau merasa bangga bahwa dia mempunyai kepercayaan tersebut.

Katia juga punya teman-teman Muslim, tapi mereka tidak religius. Saat mempelajari Islam, Katia tertarik dengan satu pandangan yang menyebutkan jangan menilai Islam dengan melihat Muslim karena Islam adalah satu.

Tetapi Muslim begitu banyak dan dianut oleh berbagai bangsa, budaya dan semuanya mengamalkan Islam lewat cara mereka sendiri.

Bagi kebanyakan orang di dunia Barat, Muslimah identik dengan niqab, berpakaian hitam, dan tidak bisa keluar. Dan perkara terbesar Katia adalah kesenjangan budaya tersebut dan apa yang terjadi pada 11 September.

Ketika itu Katia masih di sekolah menengah. Semua orang mulai menuding dan menyebarkan kabar angin tentang teroris yang mengatasnamakan Islam. Dan secara otomatis, mereka percaya bahwa Islam merupakan puncak segala masalah di dunia, terutama 11 September.

Namun Katia melihat orang hanya mengandalkan pada apa yang disampaikan teman mereka, keluarga mereka atau media. Maka, orang yang berada dalam frame pikiran ini akan mengatakan 'mereka membenci kita, maka kita harus membenci mereka, kita harus melakukan sesuatu'.

"Hal itu membuat saya sedih. Alhamdulillah, saya pikir sesuatu itu terjadi memang karena sesuatu sebab. Saya tidak akan mengatakan bahwa ada sesuatu buruk yang menimpa saya," kenang Katia dikutip Dream.co.id dari laman OnIslam.net, Rabu 1 April 2015.

Katia melihat orang lain menyalahkan umat Islam karena peristiwa tersebut, termasuk dirinya. Tetapi Katia ingin tahu mengapa dia menyalahkan umat Islam.

Katia pun mulai membaca dan melakukan banyak penelitian tentang Islam. Dia menanyakan banyak hal kepada banyak orang.

Namanya Katia. Dia berkebangsaan Rusia. Katia memutuskan untuk menjadi Muslimah setelah terjadi peristiwa serangan teroris 11 September di Amerika Serikat.

 Linda Al-Saigel dibesarkan dalam sebuah keluarga yang taat beragama. Secara rutin, ia dan keluarganya menghadiri gereja.

Memasuki jenjang kuliah, Linda menjadi bagian dari pelayan gereja di Kampus. "Saya merasa benar-benar membuat perbedaan dalam kehidupan remaja," kata dia seperti dilansir Onislam, Rabu (4/2).

Namun, rasa haus Linda akan spiritualitas membuatnya membutuhkan lebih banyak jawaban. Linda membutuhkan agama sebagai cara hidup. Suatu hari, Linda kedatangan tamu di gereja.

Tamu itu seorang pastor asal Tujuana, Meksiko. Ceramah si pastor sangat menginspirasi Linda. Kemudian, Linda terlibat dialog dengan pastor itu.

"Anda berada dalam pengelihatan saya selama 2 pekan. Anda berada di tanah pegunungan berpasir. Anda memiliki penutup kepala. Anda seorang guru atau sesuatu saya tidak yakin," kata pastor itu kepada Linda.

Mendengar cerita pastor itu, Linda terdiam. Ia memutuskan untuk mempelajari agama lain.  Beberapa hari kemudian, Linda diminta menjadi saksi pernikahaan temannya.  Di sanalah, Linda belajar tentang pernikahan Muslim.

"Saya merasa seperti di rumah," kenang Linda.

Setelah pernikahan itu, Linda diundang oleh salah seorang tamu temannya itu. Entah mengapa, Linda merasa nyaman. Di sana, ia berdiskusi tentang Islam dan Muslim. "Ketika jelang tidur, saya mimpikan Nabi Isa AS. Saya diminta untuk mengambil keputusan, putusan yang membuat saya takut," ucap dia.

Sementara itu, Linda mulai menghadiri kelas-kelas tentang Islam. Ia mulai melakukan perbandingan. "Saya melihatnya, ada cerita yang sama yakni pesan tentang Allah," kata dia.

Kemudian, Linda kembali bermimpi. "Saya melihat Nabi Musa. Di kamar saya ada gambar itu, dan saya melihat Nabi Musa tersenyum dan mengatakan 'Ikuti kata hatimu'," kata dia.

Linda terkejut dengan mimpi itu. "Dari setiap  yang saya tanyakan soal mimpi ini, mereka bertanya darimana Anda tahu itu Nabi Isa dan Nabi Musa. Tapi saya katakan kepada mereka, hati saya yang mengatakan itu Nabi Isa dan Nabi Musa," kenang dia.

Usai mimpi itu, Linda pun bermimpi kembali. "Ada yang membisikan saya, Anda harus memilih jalan ini," kenang Linda.

Linda masih penasaran dengan apa maksud mimpi itu. Namun, keinginannya untuk mempelajari Islam jauh lebih besar. Yang menggembirakan ibunya mendukungnya untuk menghadiri kelas Islam. "Ibu selalu disisiku, ia ingin memastikan putrinya membuat keputusan yang jelas," kata dia.

Suatu hari, Linda kembali bermimpi. Kali ini hadir seorang Nabi berkerudung dengan jubah cokelat berjalan ke arahnya. Linda tidak dapat melihat sosok itu.  "Sekali lagi, saya tahu itu Nabi Muhammad (saw). Dia berjalan ke arahku dan mengajakku berjalan menuju cahaya," kata dia.

"Saya kemudian ingat, setiap saya bingung saya meminta Allah untuk menjadi panduan saya. Saya hanya hamba-Nya. Saya hidup di dunia untuk mempelajari pentingnya kehadiran-Nya," kata dia.


Sumer :   REPUBLIKA.CO.ID,





 TANGERANG SELATAN -- Sejak tak lagi mempelajari agama lamanya, Muhammad Orlando mulai mendapat ejekan dari teman-temannya. "Bukankah agama Islam itu adalah agama yang sangat buruk? Umatnya tidak diperbolehkan memakan makanan yang enak-enak seperti babgi dan anjing. Mereka harus disunat, dan cara beribadahnya juga kotor haru mencium tanah atau semen," kenang Orlando, seperti dilansir Annaba-Center.com, Selasa (9/10).

Orlando yang masih beliau bingung dengan ejekan temannya itu. Ceritalah ia dengan ustaz yang mengajarinya agama Islam, Ustaz Ali Akbar. Ustaz Ali lalu menjawab setiap pertanyaan Orlando dengan lugas dan tegas.

"Islam melarang setiap Muslim konsumsi babi karena hewan itu mahluk yang kotor dan jorok. Apabila tidak ada makanan yang bisa dimakannya, babi tidak jarang memakan kotorannya sendiri dan tidak jarang pula memakan tanah. Selain daging babi juga mengandung cacing pita di dalamnya yang dapat membuat manusia mengidap penyakit," kata Orlando menirukan penjelasan Ustaz Ali.

Ihwal shalat, Ustaz Ali menjelaskan, sesunggungnya manusia berasal dari tanah dan nantinya akan kembali ke tanah. Sujud juga mengandung makna bahwa sebagai ciptaan-Nya kita harus menyembah kepada-Nya, tidak menduakan-Nya dan meyakini kebesaran-Nya. "Sehebat apa pun kita, kita harus tunduk kepada Allah," kata Orlando.

Semangat Orlando untuk mempelajari Islam pun tumbuh kembali.  Dalam waktu singkat, ia mampu khatamkan Iqra. Ia semakin mantap untuk mulai membaca Alquran. Seiring perjalanan waktu, Orlando kian kagum dengan ajaran Islam. Semisal, ketika shalat berjamaah di masjid, setiap Muslim sudah dalam kondisi suci dan berpakaian bersih. Kesucian itu dilengkapi dengan adab wudhu. "Islam mengajarkan kesucian, terutama ketika hendak berhadapan dengan Allah. Mulai dari cara berpakaian, berwudhu, dan tata cara beribadah, Islam mengajarkan kebaikan dan kesucian dalam berbagai hal," ucapnya.

Setelah menyelesaikan studi di sekolah dasar, Orlando melanjutkan sekolah di SMP Negeri VI, Naibonat, Kupang TImur. Mulai menginjak SMP, ia mulai rajin beribadah, tidak pernah meninggalkan salat dan puasa ramadhan. "Ini kulakukan karena aku sangat takut mendapat azab dari Allah SWT. Perlahan-demi perlahan, aku mulai mengaji dengan baik. Selain aku belajar dengan guru yang mengajariku belajar membaca Alquran, aku juga mendapatkan pelajaran agama Islam di sekolah," ucap dia.

Sepulang sekolah, Orlando selalu mengikuti ceramah yang diadakan setiap pekan, berikut dengan belajar bagaimana tata cara membaca Alquran dengan baik.  Belum begitu lama aku melanjutkan studi di SMP tersebut, ada sebuah kabar yang di pengungsian yang mengatakan bahwa siapa saja yang ingin belajar mejadi santri di salah satu pondok pesantren di Jawa Timur, maka akan mendapatkan fasilitas pemondokan dan fasilitas lain secara gratis, terkecuali ongkos transportasi dengan menggunakan kapal laut.

"Aku yang baru mendengarkan berita tersebut sangat tertarik. Aku langsung berpamitan dengan ustaz Zainuddi yang sekaligus orang tua angkatku. Biarpun beliau sangat galak, tetapi beliau juga sangat baik. Buktinya beliau merawat kami selama dalam pengungsian," kenangnya.

Tepat tanggal 14 Juli 2001, Orlando bersama teman-teman yang lain berangkat menuju Pondok Pesantren Al-Ikhlas yang ada di Magetan, Jawa Timur.  Ia sempat kecewa pada hari pertama ketika menginjakkan kaki di pesantren tersebut. Dahulu dalam bayangannya, pesantren itu sangat baik, enak, rapih dan penuh dengan nuansa religi. Namun, ini semua berbeda seperti apa yang ada dalam benakku.

Pesantren ini adalah pesantren tertua di Jawa Timur, maka sudah dapat dipastikan bahwa bangunan pesantren tersebut juga pasti bangunan tua. Fasilitasnya juga ala kadarnya, yang membuatku semangat di pesantren tersebut hanyalah nuansa religi yang ada di dalamnya. "Meski pun kami semua dalam keterbatasan, namun karena kami dekat dan berusaha mendekatkan diri kepada Allah, maka kami harus tetap bersyukur atas apa yang telah diberikan-Nya," kenang dia.

Di pesantren, Orlando semakin giat belajar agama Islam. Ditambah ia juga bersekolah di MTS Al-Ikhlas. Dalam waktu yang singkat, Orlando berhasil menghafal dua puluh surat juz ‘amma. "Ilmu pengetahuanku semakin bertambah. Selain aku belajar mengenai Islam, aku juga mengajarkan tentang Islam, sehingga aku termasuk beruntung, karena sebaik-baik belajar adalah mengajar. Ini membuatku semakin menguasai ilmu yang selama ini kuajarkan kepada rekan-rekan," ucapnya.

Setelah selesai menempuh studi, Orlando kembali ke NTT. Di NTT inilah aku mulai mengenal ustadz Syamsul Arifin Nababan yang juga dikenal dengan ustadz Nababan. Aku kenal beliau melalui debat yang ada di kaset debat yang sengaja direkam pada saat itu. Judulnya Mualaf Versus Murtadin.  Singkat cerita, di tahun 2008, ustadz Nababan mendirikan sebuah pondok pesantren yang khusus membina para santri-santri mu'alaf.

"Aku pun di ajak beliau untuk ikut tinggal di sana. Kini aku sudah menjadi santri di Pesantren Pembinaan Mu'allaf Yayasan AN-Naba' Center bersama para santri lainnya mendalami Islam dan kitab sucinya," kata dia.

"Sebelum aku mengakhiri cerita ini, ada yang ingin kusampaikan kepada para pembaca bahwa beberapa waktu lalu aku telah kembali ke daerah asalku yaitu Timor Leste. Daerah yang sudah kutinggalkan selama lebih dari tiga belas tehun itu, ternyata mengalami perkembangan yang cukup baik dari sisi perkembangan Islam," ucapnya.

Di sana , kata dia, mulai banyak umat-umat lokal yang masuk Islam dan mempelajari Islam. Ini terjadi lewat proses akulturasi dan pernikahan yang dilakukan oleh umat Muslim dengan penduduk setempat. "Semoga Islam bisa semakin Berjaya, khususnya di daerah tempat tinggalku sehingga kita semua dapat merasakan keindahan Islam," tutupnya.




REPUBLIKA.CO.ID, Sumber: Pesantren Mualaf Annaba Center


TANGERANG SELATAN -- Abdul Aziz Laia, sosok pria sederhana yang berusia 32 tahun telah memeluk agama Islam sejak tahun 2012 silam. Bang Aziz, sebutan akrab yang disematkan kepada beliau oleh para santri pesantren Pembinaan Mu'allaf Yayasan-An Naba' Center, kini sedang menekuni studinya di dua universitas yang berbeda, yakni Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) dan Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Hikmah (STAI Al-Hikmah) adalah dua lembaga pendidikan yang dipilih untuk meningkatkan pengetahuan  keislaman pada dirinya.

Aziz, dalam sebuah kesempatan menceritakan bagaimana awal mula ketertarikannya dengan agama Islam. Berawal dari bangku sekolah menengah pertama, Aziz dididik oleh seorang guru perempuan yang menurutnya sangat baik. Guru tersebut mengenakan kerudung dengan pakaian yang  menutup aurat hingga kakinya.

Bagi Aziz, ini adalah sesuatu yang berbeda dengan penampilan guru lain yang menganut agama sama dengannya. Tutur katanya yang lembut, sopan dan santun, baik kepada siswa dan orang lain, sehingga memberikan rasa kekaguman tersendiri bagi Aziz. "Saya belum pernah menemukan orang seperti itu sebelumnya saat saya menempuh studi di sekolah dasar", tuturnya seperti dilansir Annaba-Center, Rabu (11/2).

Lianus Laia, nama sebelum ia mengucapkan syahadat, mengaku ada rasa ingin tahu yang mendalam tentang Islam ketika ia mulai masuk ke sekolah tingkat atas. Aziz yang dibesarkan di lingkungan Kristen tersebut semakin tertarik kepada Islam ketika ia mendengarkan tilawah Alquran yang diputar melalui pemutar kaset yang ada di masjid sekitar tempat tinggalnya.

"Karena Islam di daerah tempat tinggal saya sangat minoritas, saya jarang mendengarkan lantunan ayat-ayat Alquran. Namun, setelah saya hijrah ke Kota Medan, saya sering mendengarkan lantunan ayat-ayat tersebut", tambahnya.

Surat Maryam merupakan surat yang sering ia dengar saat pihak pengurus masjid memutar rekaman kaset tersebut. Ini adalah keistimewaan baginya, sehingga menimbulkan pertanyaan yang mendalam, ternyata Islam juga membicarakan mengenai nabi, dan mengapa Islam membicarakannya?

Aziz mengungkap, rasa ingin tahu tersebut semakin meninggi ketika ia merasakan kegalauan yang lebih dalam saat ia mendengar rekaman tartil Alquran lengkap dengan terjemahannya dikumandangkan setiap menjelang Maghrib. Al-Anbiyaa' dan Maryam adalah dua surah yang paling sering diputar kala itu.

"Aku sangat terheran-heran kala itu. Nabi-nabi yang disebutkan dalam Alquran sama persis dengan nabi-nabi yang pernah agama lama saya  pelajari," kata Aziz.

Perlahan Aziz mulai mendengarkan khutbah Jumat yang sering dilakukan ketika umat Muslim melakukan shalat Jumat. Berangkat dari situ, rasa ingin tahu semakin kuat, seakan berbanding lurus, kegiatan yang selama ini ia lakukan di agama lamanya juga semakin jarang ia ikuti. Ditambah lagi, ketika ia melihat tata cara wudhu yang dilakukan oleh umat Muslim yang hendak melakukan salat,

"Itu seperti baptis dalam ajaran kami. Aku merasa Islam dekat dengan berbagai hal yang pernah kuketahui sebelumnya tentang agamaku", tambahnya. Meski Aziz belum mengucapkan kalimat syahadat kala itu, namun ia sudah aktif dalam kegiatan remaja masjid di masjid setempat, tak jarang pula ia mengikuti amalan-amalan umat muslim, seperti puasa dan lainnya.

Entah apa yang mendorong Aziz untuk berbuat demikian. Pria kelahiran 25 Oktober 1980 ini seperti larut dalam arah hidayah Allah SWT. Setelah menyelesaikan studi tingkat kejuruannya, ia pergi merantau ke Riau dan bekerja selama lebih dari dua tahun. Dalam perantauannya, ia semakin dekat dan giat mendalami agama Islam.

Rasa ingin tahu yang ia miliki mengantarkannya pada keinginan untuk membandingkan antara Islam dengan agama lamanya. Mulailah muncul keraguan dalam keyakinan Aziz terhadap agama lamanya. "Perayaan hari keagamaan mengapa harus dirayakan dengan mabuk-mabukan? Dan apakah itu tidak menimbulkan dosa? Lalu sedemikian mudahkan menebus dosa tersebut?" Pungkasnya.

Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah menganai Nabi Muhammad SAW. dan bagaimana posisi Nabi Isa dan Maryam dalam Islam. "Aku bertanya tentang siapa Muhammad, bagaimana posisi Isa dan Maryam dalam Islam, dan mengapa babi haram dimakan", mulai pada pertanyaan yang ia anggap sebagai pertanyaan yang memerlukan jawaban segera guna menambah keyakinan pada dirinya.

Pertanyaan ini dijawab dengan baik oleh orang yang kala itu berdiskusi dengan Aziz. Orang tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhammad juga disebutkan di dalam Injil, dan larangan memakan daging babi disebutkan dalam Alquran. Dan ia semakin takjub saat mengetahui bahwa Islam memiliki surat bernama Maryam, sementara agamanya tidak.

Kebenaran inilah yang membuat Aziz tak sanggup untuk menolaknya. Tak ingin menunda lagi, Aziz meminta diislamkan saat itu juga. Meski tak disaksikan siapapun selain Allah dan kawannya, Lianus Laia pun resmi berhijrah dengan nama Abdul Aziz Laia.


Sumber :
REPUBLIKA.CO.ID,

Mengapa Islam Turun di Arab?
Apa rahasia atau hikmah yang terkandung di balik ketentuan Allah menurunkan Islam di negeri Arab. Adakah lantaran negeri itu paling jahiliyah di seluruh dunia,? ataukah karena hal-hal lain.Walau pun sebenarnya Islam bukan hanya untuk bangsa Arab, namun karena turun pertama kali di negeri itu, otomatis bangsa Arab jadi naik pamor ke seantero jagad. Minimal bahasa Arab menjadi bahasa bangsa-bangsa di dunia.
Maka adakah rahasia di balik ketetapan Allah atas bangsa Arab, pak Ustadz? Mohon maaf bila mengganggu, namun sekedar ingin tahu lebih dalam. Terima kasih atas kesediaan ustadz menjawab pertanyaan saya ini.
Semoga Allah SWT membalas dengan balasan yang lebih baik.

Para penulis sirah nabawiyah seperti Syeikh Dr. Said Ramadhan Al-Buthi dan beberapa ulama lainnya memang pernah menuliskan apa yang anda tanyakan. Yaitu tentang beberapa rahasia dan hikmah di balik pemilihan Allah SWT atas jazirah arabia sebagai bumi pertama yang mendapatkan risalah Islam.
Rupanya turunnya Islam pertama di negeri arab bukan sekedar kebetulan. Juga bukan semata karena di sana ada tokoh paling jahat semacam Abu Jahal cs. Namun ada sekian banyak skenario samawi yang akhir-akhir ini mulai terkuak. Kita di zaman sekarang ini akan menyaksikan betapa rapi rencana besar dan strategi Allah jangka panjang, sehingga pilihan untuk menurunkan risalah terakhir-Nya memang negeri Arabia.
Meski tandus, tidak ada pohon dan air, namun negeri ini menyimpan banyak alasan untuk mendapatkan kehormatan itu. Beberapa di antaranya yang bisa kita gali adalah:

I. Di Jazirah Arab Ada Rumah Ibadah Pertama

Tanah Syam (Palestina) merupakan negeri para nabi dan rasul. Hampir semua nabi yang pernah ada di tanah itu. Sehingga hampir semua agama dilahirkan di tanah ini. Yahudi dan Nasrani adalah dua agama besar dalam sejarah manusia yang dilahirkan di negeri Syam.
Namun sesungguhnya rumah ibadah pertama di muka bumi justru tidak di Syam, melainkan di Jazirah Arabia. Yaitu dengan dibangunnya rumah Allah (Baitullah) yang pertama kali di tengah gurun pasir jazirah arabia.
Rumah ibadah pertama itu menurut riwayat dibangun jauh sebelum adanya peradaban manusia. Adalah para malaikat yang turun ke muka bumi atas izin Allah untuk membangunnya. Lalu mereka bertawaf di sekeliling ka'bah itu sebagai upaya pertama menjadikan rumah itu sebagai pusat peribadatan umat manusia hingga hari kiamat menjelang.
Ketika Adam as diturunkan ke muka bumi, beliau diturunkan di negeri yang sekarang dikenal dengan India. Sedangkan isterinya diturunkan di dekat ka'bah. Lalu atas izin Allah keduanya dipertemukan di Jabal Rahmah, beberapa kilometer dari tempat dibangunnya ka'bah.
Maka jadilah wilayah sekitar ka'bah itu sebagai tempat tinggal mereka dan ka'bah sebagai tempat pusat peribadatan umat manusia. Dan di situlah seluruh umat manusia berasal dan di tempat itu pula manusia sejak dini sudah mengenal sebuah rumah ibadah.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
Sesungguhnya rumah yang pertama dibangun untuk manusia beribadah adalah rumah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkati dan menjadi petunjuk bagi manusia. (QS. Ali Imran: 96)

II. Jazirah Arabia Adalah Posisi Strategis
Bila kita cermati peta dunia, kita akan mendapati adanya banyak benua yang menjadi titik pusat peradaban manusia. Dan Jazirah Arabia terletak di antara tiga benua besar yang sepanjang sejarah menjadi pusat peradaban manusia.
Sejak masa Rasulullah SAW, posisi jazirah arabia adalh posisi yang strategis dan tepat berada di tengah-tengah dari pusat peradaban dunia.
Bahkan di masa itu, bangsa Arab mengenal dua jenis mata uang sekaligus, yaitu dinar dan dirham. Dinar adalah jenis mata uang emas yang berlaku di Barat yaitu Romawi dan Yunani. Dan Dirham adalah mata uang perak yang dikenal di negeri timur seperti Persia. Dalam literatur fiqih Islam, baik dinar maupun dirham sama-sama diakui dan dipakai sebagai mata uang yang berlaku.
Ini menunjukkan bahwa jazirah arab punya akses yang mudah baik ke barat maupun ke timur. Bahkan ke utara maupun ke selatan, yaitu Syam di utara dan Yaman di Selatan.
Dengan demikian, ketika Muhammad SAW diangkat menjadi nabi dan diperintahkan menyampaikannya kepada seluruh umat manusia, sangat terbantu dengan posisi jazirah arabia yang memang sangat strategis dan tepat berada di pertemuan semua peradaban.
Kita tidak bisa membayangkan bila Islam diturunkan di wilayah kutub utara yang dingin dan jauh dari mana-mana. Tentu akan sangat lambat sekali dikenal di berbagai peradaban dunia.
Juga tidak bisa kita bayangkan bila Islam diturunkan di kepulauan Irian yang jauh dari peradaban manusia. Tentu Islam hingga hari ini masih mengalami kendala dalam penyebaran.
Sebaliknya, jazirah arabia itu memiliki akses jalan darat dan laut yang sama-sama bermanfaat. Sehingga para dai Islam bisa menelusuri kedua jalur itu dengan mudah.
Sehingga di abad pertama hijriyah sekalipun, Islam sudah masuk ke berbegai pusat peradaban dunia. Bahkan munurut HAMKA, di abad itu Islam sudah sampai ke negeri nusantara ini. Dan bahkan salahseorang shahabat yaitu Yazid bin Mu'awiyah ikut dalam rombongan para dai itu ke negeri ini dengan menyamar.

III. Kesucian Bangsa Arab

Stigma yang selama ini terbentuk di benak tiap orang adalah bahwa orang arab di masa Rasulullah SAW itu jahiliyah. Keterbelakangan teknologi dan ilmu pengetahuan dianggap sebagai contoh untuk menjelaskan makna jahiliyah.
Padahal yang dimaksud dengan jahiliyah sesungguhnya bukan ketertinggalan teknologi, juga bukan kesederhanaan kehidupan suatu bangsa. Jahiliyah dalam pandangan Quran adalah lawan dari Islam. Maka hukum jahiliyah adalah lawan dari hukum Islam. Kosmetik jahiliyah adalah lawan dari kosmetik Islam. Semangat jahiliyah adalah lawan dari semangat Islam.
Bangsa arab memang sedikit terbelakang secara teknologi dibandingkan peradaban lainnya di masa yang sama. Mereka hidup di gurun pasir yang masih murni dengan menghirup udara segar. Maka berbeda dengan moralitas maknawiyah bangsa lain yang sudah semakin terkotori oleh budaya kota, maka bangsa arab hidup dengan kemurnian niloai kemanusiaan yang masih asli.
Maka sifat jujur, amanah, saling menghormati dan keadilan adalah ciri mendasar dari watak bangsa yang hidup dekat dengan alam. Sesuatu yang telah sulit didapat dari bangsa lain yang hidup di tengah hiruk pikuk kota.
Sebagai contoh mudah, bangsa Arab punya akhlaq mulia sebagai penerima tamu. Pelayanan kepada seorang tamu yang meski belum dikenal merupakan bagian dari harga diri seorang arab sejati. Pantang bagi mereka menyia-nyiakan tamu yang datang. Kalau perlu semua persediaan makan yang mereka miliki pun diberikan kepada tamu. Pantang bagi bangsa arab menolak permintaan orang yang kesusahan. Mereka amat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang paling dasar.
Ketika bangsa lain mengalami degradasi moral seperti minum khamar dan menyembah berhala, bangsa arab hanyalah menjadi korban interaksi dengan mereka. 360 berhala yang ada di sekeliling ka'bah tidak lain karena pengaruh interaksi mereka dengan peradaban barat yang amat menggemari patung. Bahkan sebuah berhala yang paling besar yaitu Hubal, tidak lain merupakan sebuah patung yang diimpor oleh bangsa Arab dari peradaban luar. Maka budaya paganisme yang ada di arab tidak lain hanyalah pengaruh buruk yang diterima sebagai imbas dari pergaulan mereka dengan budaya romawi, yunani dan yaman.
Termasuk juga minum khamar yang memabukkan, adalah budaya yang mereka import dari luar peradaban mereka.
Namun sifat jujur, amanah, terbuka dan menghormati sesama merupakan akhlaq dan watak dasar yang tidak bisa hilang begitu saja. Dan watak dasar seperti ini dibutuhkan untuk seorang dai, apalagi generasi dai pertama.
Mereka tidak pernah merasa perlu untuk memutar balik ayat Allah sebagaimana Yahudi dan Nasrani melakukannya. Sebab mereka punya nurani yang sangat bersih dari noda kotor. Yang mereka lakukan adalah taat, tunduk dan patuh kepada apa yang Allah perintahkan. Begitu cahaya iman masuk ke dalam dada yang masih bersih dan suci, maka sinar itu membentuk proyeksi iman yang amal yang luar biasa. Berbeda dengan bani Israil yang dadanya sesat dengan noda jahiliyah, tak satu pun ayat turun kecuali ditolaknya. Dan tak satu pun nabi yang datang kecuali didustainya.
Bangsa Arab tidak melakukan hal itu saat iman sudah masuk ke dalam dada. Maka ending sirah nabawiyah adalah ending yang paling indah dibandingkan dengan nabi lainnya. Sebab pemandangannya adalah sebuah lembah di tanah Arafah di mana ratusan ribu bangsa arab berkumpul melakukan ibadah haji dan mendengarkan khutbah seorang nabi terakhir. Sejarah rasulullah berakhir dengan masuk Islamnya semua bangsa arab. Bandingkan dengan sejarah kristen yang berakhir dengan terbunuhnya (diangkat) sang nabi. Atau yahudi yang berakhir dengan pengingkaran atas ajaran nabinya.
Hanya bangsa yang hatinya masih bersih saja yang mampu menjadi tiang pancang peradaban manusia dan titik tolak penyebar agama terakhir ke seluruh penjuru dunia.

VI. Faktor Bahasa

Sudah menjadi ketetapan Allah SWT untuk mengirim nabi dengan bahasa umatnya. Agar tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi antara nabi dan umatnya.
Namun ketika semua nabi telah terutus untuk semua elemen umat manusia, maka Allah menetapkan adanya nabi terakhir yang diutus untuk seluruh umat manusia. Dan kelebihannya adalah bahwa risalah yang dibawa nabi tersebut akan tetap abadi terus hingga selesainya kehidupan di muka bumi ini.
Untuk itu diperlukan sebuah bahasa khusus yang bisa menampung informasi risalah secara abadi. Sebab para pengamat sejarah bahasa sepakat bahwa tiap bahasa itu punya masa eksis yang terbatas. Lewat dari masanya, maka bahasa itu akan tidak lagi dikenal orang atau bahkan hilang dari sejarah sama sekali.
Maka harus ada sebuah bahasa yang bersifat abadi dan tetap digunakan oleh sejumlah besar umat manusia sepanjang masa. Bahasa itu ternyata oleh pakar bahasa adalah bahasa arab, sebagai satu-satunya bahasa yang pernah ada dimuka bumi yang sudah berusia ribuan tahun dan hingga hari ini masih digunakan oleh sejumlah besar umat manusia.
Dan itulah rahasia mengapa Islam diturunkan di arab dengan seorang nabi yang berbicara dalam bahasa arab. Ternyata bahasa arab itu adalah bahasa tertua di dunia. Sejak zaman nabi Ibrahim as bahasa itu sudah digunakan. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa bahasa arab adalah bahasa umat manusia yang pertama.
Logikanya sederhana, karena ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa bahasa ahli surga adalah bahasa arab. Dan asal-usul manusia juga dari surga, yaitu nabi Adam dan isterinya Hawwa yang keduanya pernah tinggal di surga. Wajar bila keduanya berbicara dengan bahasa ahli surga. Ketika keduanya turun ke bumi, maka bahasa kedua 'alien' itu adalah bahasa arab, sebagai bahasa tempat asal mereka. Dan ketika mereka berdua beranak pinak, sangat besar kemungkinannya mereka mengajarkan bahasa surga itu kepada nenek moyang manusia, yaitu bahasa arab.
Sebagai bahasa yang tertua di dunia, wajarlah bila bahasa arab memiliki jumlah kosa kata yang paling besar. Para ahli bahasa pernah mengadakan penelitian yang menyebutkan bahwa bahasa arab memiliki sinonim yang paling banyak dalam penyebutan nama-nama benda. Misalnya untuk seekor unta, orang arab punya sekitar 800 kata yang identik dengan unta. Untuk kata yang identik dengan anjing ada sekitar 100 kata.
Maka tak ada satu pun bahasa di dunia ini yang bisa menyamai bahasa arab dalam hal kekayaan perbendaharaannya. Dan dengan bahasa yang lengkap dan abadi itu pulalah agama Islam disampaoikan dan Al-Quran diturunkan.

V. Arab Adalah Negeri Tanpa Kemajuan Material Sebelumnya

Seandainya sebelum turunnya Muhammad SAW bangsa arab sudah maju dari sisi peradaban materialis, maka bisa jadi orang akan menganggap bahwa Islam hanyalah berfungsi pada sisi moral saja. Orang akan beranggapan bahwa peradaban Islam hanya peradaban spritualis yang hanya mengacu kepada sisi ruhaniyah seseorang.
Namun ketika Islam diturunkan di jazirah arabia yang tidak punya peradaban materialis lalu tiba-tiba berhasil membangun peradana materialis itu di seluruh dunia, maka tahulah orang-orang bahwa Islam itu bukanlah makhluq sepotong-sepotong. Mereka yakin bahwa Islam adalah sebuah ajaran yang multi dimensi. Islam mengandung masalah materi dan rohani.
Ketika sisi aqidah dan fikrah bangsa Arab sudah tertanam dengan Islam, ajaran Islam kemudian mengajak mereka membangun peradaban materialis yang menakjubkan dalam catatan sejarah manusia. Pusat-pusat peradaban berhasil dibangun bangsa-bangsa yang masuk Islam dan menjadikan peradaban mereka semakin maju.
Logikanya, bila di tanah gersang padang pasir itu bisa dibangun peradaban besar dengan berbekal ajaran Islam, maka tentu membangun peradaban yang sudah ada bukan hal sulit.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Powered by Blogger.