Dream -
Sebelum menjadi mualaf, Katia adalah seorang yang religius meski dia sendiri mengaku dibesarkan dari keluarga yang tidak terlalu religius.
Melihat keluarganya yang sangat jarang beribadah, Katia berniat mencari informasi tentang agamanya sebanyak-banyaknya.
Dia mencoba berbagai aliran dalam agamanya. Katia juga menghadiri banyak ibadah dari aliran-aliran agama tersebut. Katia awalnya merasa nyaman dengan beberapa orang yang ia temui.
Namun Katia hanya menemui pemandangan sesaat ketika ia beribadah dengan orang-orang tersebut. Setelah keluar dari ibadah, orang-orang yang ia temui tersebut kembali pada kepribadian dan perilaku yang sama sekal berbeda saat mereka beribadah.
Hal itu membuat Katia benar-benar ingin menjauh dari kelompok- kelompok agama tersebut. Perasaannya terus mendorong Katia untuk mencari tahu agama lainnya.
Katia sering menjumpai Muslimah di Rusia. Tapi mereka tidak mengenakan hijab. Hanya satu teman Muslimah Katia yang pernah dia temui memakai hijab.
Dia bernama Salaly. Jujur, Katia tidak pernah menghormati agama Salaly atau merasa bangga bahwa dia mempunyai kepercayaan tersebut.
Katia juga punya teman-teman Muslim, tapi mereka tidak religius. Saat mempelajari Islam, Katia tertarik dengan satu pandangan yang menyebutkan jangan menilai Islam dengan melihat Muslim karena Islam adalah satu.
Tetapi Muslim begitu banyak dan dianut oleh berbagai bangsa, budaya dan semuanya mengamalkan Islam lewat cara mereka sendiri.
Bagi kebanyakan orang di dunia Barat, Muslimah identik dengan niqab, berpakaian hitam, dan tidak bisa keluar. Dan perkara terbesar Katia adalah kesenjangan budaya tersebut dan apa yang terjadi pada 11 September.
Ketika itu Katia masih di sekolah menengah. Semua orang mulai menuding dan menyebarkan kabar angin tentang teroris yang mengatasnamakan Islam. Dan secara otomatis, mereka percaya bahwa Islam merupakan puncak segala masalah di dunia, terutama 11 September.
Namun Katia melihat orang hanya mengandalkan pada apa yang disampaikan teman mereka, keluarga mereka atau media. Maka, orang yang berada dalam frame pikiran ini akan mengatakan 'mereka membenci kita, maka kita harus membenci mereka, kita harus melakukan sesuatu'.
"Hal itu membuat saya sedih. Alhamdulillah, saya pikir sesuatu itu terjadi memang karena sesuatu sebab. Saya tidak akan mengatakan bahwa ada sesuatu buruk yang menimpa saya," kenang Katia dikutip Dream.co.id dari laman OnIslam.net, Rabu 1 April 2015.
Katia melihat orang lain menyalahkan umat Islam karena peristiwa tersebut, termasuk dirinya. Tetapi Katia ingin tahu mengapa dia menyalahkan umat Islam.
Katia pun mulai membaca dan melakukan banyak penelitian tentang Islam. Dia menanyakan banyak hal kepada banyak orang.
Namanya Katia. Dia berkebangsaan Rusia. Katia memutuskan untuk menjadi Muslimah setelah terjadi peristiwa serangan teroris 11 September di Amerika Serikat.
Sebelum menjadi mualaf, Katia adalah seorang yang religius meski dia sendiri mengaku dibesarkan dari keluarga yang tidak terlalu religius.
Melihat keluarganya yang sangat jarang beribadah, Katia berniat mencari informasi tentang agamanya sebanyak-banyaknya.
Dia mencoba berbagai aliran dalam agamanya. Katia juga menghadiri banyak ibadah dari aliran-aliran agama tersebut. Katia awalnya merasa nyaman dengan beberapa orang yang ia temui.
Namun Katia hanya menemui pemandangan sesaat ketika ia beribadah dengan orang-orang tersebut. Setelah keluar dari ibadah, orang-orang yang ia temui tersebut kembali pada kepribadian dan perilaku yang sama sekal berbeda saat mereka beribadah.
Hal itu membuat Katia benar-benar ingin menjauh dari kelompok- kelompok agama tersebut. Perasaannya terus mendorong Katia untuk mencari tahu agama lainnya.
Katia sering menjumpai Muslimah di Rusia. Tapi mereka tidak mengenakan hijab. Hanya satu teman Muslimah Katia yang pernah dia temui memakai hijab.
Dia bernama Salaly. Jujur, Katia tidak pernah menghormati agama Salaly atau merasa bangga bahwa dia mempunyai kepercayaan tersebut.
Katia juga punya teman-teman Muslim, tapi mereka tidak religius. Saat mempelajari Islam, Katia tertarik dengan satu pandangan yang menyebutkan jangan menilai Islam dengan melihat Muslim karena Islam adalah satu.
Tetapi Muslim begitu banyak dan dianut oleh berbagai bangsa, budaya dan semuanya mengamalkan Islam lewat cara mereka sendiri.
Bagi kebanyakan orang di dunia Barat, Muslimah identik dengan niqab, berpakaian hitam, dan tidak bisa keluar. Dan perkara terbesar Katia adalah kesenjangan budaya tersebut dan apa yang terjadi pada 11 September.
Ketika itu Katia masih di sekolah menengah. Semua orang mulai menuding dan menyebarkan kabar angin tentang teroris yang mengatasnamakan Islam. Dan secara otomatis, mereka percaya bahwa Islam merupakan puncak segala masalah di dunia, terutama 11 September.
Namun Katia melihat orang hanya mengandalkan pada apa yang disampaikan teman mereka, keluarga mereka atau media. Maka, orang yang berada dalam frame pikiran ini akan mengatakan 'mereka membenci kita, maka kita harus membenci mereka, kita harus melakukan sesuatu'.
"Hal itu membuat saya sedih. Alhamdulillah, saya pikir sesuatu itu terjadi memang karena sesuatu sebab. Saya tidak akan mengatakan bahwa ada sesuatu buruk yang menimpa saya," kenang Katia dikutip Dream.co.id dari laman OnIslam.net, Rabu 1 April 2015.
Katia melihat orang lain menyalahkan umat Islam karena peristiwa tersebut, termasuk dirinya. Tetapi Katia ingin tahu mengapa dia menyalahkan umat Islam.
Katia pun mulai membaca dan melakukan banyak penelitian tentang Islam. Dia menanyakan banyak hal kepada banyak orang.
Namanya Katia. Dia berkebangsaan Rusia. Katia memutuskan untuk menjadi Muslimah setelah terjadi peristiwa serangan teroris 11 September di Amerika Serikat.
Post a Comment